tag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post6726845817265757890..comments2023-11-16T20:18:39.950-08:00Comments on Win Wan Nur: PKS, Budaya Arab dan Sikap HegemonistikAsal Linge Awal Serulehttp://www.blogger.com/profile/11909340515190603839noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-50569829952457299032015-08-14T03:25:50.562-07:002015-08-14T03:25:50.562-07:00Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.siputhttps://www.blogger.com/profile/17559580510376838194noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-44988189487078588902015-03-11T00:53:05.119-07:002015-03-11T00:53:05.119-07:00Yang saya tau, cara berpakaian cut muthia dan cut ...Yang saya tau, cara berpakaian cut muthia dan cut nyak dhien hanya sebuah rekayasa untuk menampilkan ala pakaian yang berbau kartini.<br /><br />Katakanlah mereka berpakaian seperti itu, jika memang menyalahi syariah, wajib bagi kita untuk tidak ikut. Tapi saya yakin, sejarah indonesia, terlalu banyak yang bengkok. Itulah Indonesia.<br /><br />salam zamroni - Abu DhabiZamroniblog.blogspot.idhttps://www.blogger.com/profile/17898411692441175873noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-91504636092346653002013-10-20T10:56:40.598-07:002013-10-20T10:56:40.598-07:00Memang Agama islam adalah agama yang sempurna semu...Memang Agama islam adalah agama yang sempurna semua diatur mulai dari salat, puasa, zakat dan naik haji sampai hasrat sex dan BAB ditambah lagi sempurnanya adalah ada perintah/boleh membalas dendam dan invasi agar semua manusia di dunia ini mendapat rachmat karena semua telah menjadi muslimAnonymoushttps://www.blogger.com/profile/06629350298951956804noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-72232062781283088322013-10-20T10:40:26.069-07:002013-10-20T10:40:26.069-07:00Memang Agama islam adalah agama yang sempurna semu...Memang Agama islam adalah agama yang sempurna semua diatur mulai dari salat, puasa, zakat dan naik haji sampai hasrat sex dan BAB ditambah lagi sempurnanya adalah ada perintah/boleh membalas dendam dan invasi agar semua manusia di dunia ini mendapat rachmat karena semua telah menjadi muslimAnonymoushttps://www.blogger.com/profile/06629350298951956804noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-34337335232046883832013-10-20T10:22:32.259-07:002013-10-20T10:22:32.259-07:00Pasti Ny Saodah ya. Memang harus berguru meskipun ...Pasti Ny Saodah ya. Memang harus berguru meskipun malah menyesatkan karena seorang gurupun punya logika sendiri dan biasanya mengikuti kesepakatan bersama yang dianggap benarAnonymoushttps://www.blogger.com/profile/04975494171305413283noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-41118700854811130602013-10-20T10:10:30.531-07:002013-10-20T10:10:30.531-07:00Baca dan pelajari Asbabunuzulnya Al-Ahzab 59, jang...Baca dan pelajari Asbabunuzulnya Al-Ahzab 59, jangan ketidak tau-an dijadikan alasan untuk menjadi bodoh. Berbeda dengan An-Nuur 31 yang tidak berlaku lagi (oh direvisi bisa ya?) dan digantikan Al-Ahzab 59, asal usul terbit ayat Al-Ahzab adalah atas permintaan RA Umar bin Khatab yang risi mempergoki ada seorang perempuan tinggi besar dan tidak cantik sedang BAB di padang pasir maklum saat itu belum ada WC Umum.Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/06629350298951956804noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-19420815306829367842013-10-10T23:44:37.316-07:002013-10-10T23:44:37.316-07:00Sapi dan lembu jelas beda... ada Sapi perah... buk...Sapi dan lembu jelas beda... ada Sapi perah... bukan lembu perah...<br /><br />Jilbab bukan kerudung... hijab bukan jilbab.<br /><br />Surat Al-A'raf ayat 26 jangan di singkat-singkat seenak-enaknya, pelajari Asbabunuzul-nya (mudah-mudahan antum tau artinya)<br /><br />Hijab tu wajib diseluruh dunia untuk muslimah.<br />Mau professor S2,S3, aceh,batak,jawa, gayo dll, kalau muslimah WAJIB pakai hijab<br />Baca dan pelajari (dengan guru jangan sendiri mempelajarinya nanti antum memakai logika bukan ilmunya) pelajari juga Asbabunuzulnya Al-ahzab 59, jangan ketidak tau-an dijadikan alasan untuk menjadi bodoh. Belajar dari yang lebih pintar. Jangan mentang-mentang antum sarjana, trus logika sarjana antum yang selalu antum kedepankan. Siapa pun (muslimah) yang gak mau pake hijab akan mendapatkan balasannya, kalau antum gak setuju jangan serta-merta mempublikasikannya, simpan sendiri, jangan menyebarkan kebodohan. Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/01183896479611919330noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-75228703050859051502009-09-26T00:35:41.291-07:002009-09-26T00:35:41.291-07:00@win wan nur
jilbab vs kerudung sama halnya sapi d...@win wan nur<br />jilbab vs kerudung sama halnya sapi dengan lembu<br />hakekat cerita dalam blog ini saya teliti adalah sama saja, yang beda cuma pemahaman... kadang soal bahasa dan cara pandang saja berbeda...<br />itu biasa... yang penting tidak keluar prinsip<br /><br />begini...<br />apapun organisasinya<br />apapun budaynya<br />apapun sukunya<br />yang penting satu pegangannya yaitu Quran hadits<br /><br />menurut QS 7 :26 tidak ditentukan apa2 kecuali tiga prinsip berpakaian yaitu menutup, indah, dan taqwa<br /><br />mau pake burdah kek, pake sarung kek, pakek jilbab kek, kerudung, telkung dsb yang penting prinsipnya menutup, indah, dan taqwa (tidak memmbawa kepada kemaksiatan)aslatahttps://www.blogger.com/profile/04443001827664434053noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-37781928641301289292009-04-21T06:24:00.000-07:002009-04-21T06:24:00.000-07:00Silahkan baca ya pak winwannur...
sumber: http://...Silahkan baca ya pak winwannur...<br /><br />sumber: http://forum.detik.com/showthread.php?t=97805<br /><br />“Mitos Kartini dan Rekayasa Sejarah” <br />Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan? <br /><br />Oleh: Adian Husaini<br /> <br />Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”<br /> <br />Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?<br /> <br />Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik 'pengkultusan' R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.<br /> <br />Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University.<br /> <br />Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.<br /> <br />Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita. <br /><br />Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita. <br /><br />Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.<br /> <br />Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.” <br /><br />Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.<br /> <br />Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).<br /> <br />Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”<br /> <br />Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”<br /> <br />Harsja mengimbau agar informasi tentang wanita-wanita Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan suri tauladan banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”<br /> <br />Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.<br /> <br />Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.<br /> <br />Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).<br /> <br />Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.<br /> <br />Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.<br /> <br />Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.<br /> <br />Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.<br /> <br />Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:<br /> <br />“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”<br /> <br />Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:<br /> <br />”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!... Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235). <br /><br />Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia. <br /><br />Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).<br /> <br />Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).<br /> <br />Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).<br /> <br />Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan.Boss Achmad bin Umar Basalamahhttps://www.blogger.com/profile/16250677380939994540noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-73827464533798103162009-03-16T09:29:00.000-07:002009-03-16T09:29:00.000-07:00Subhanallah...Sebenarnya tidak ada perbedaan yang ...Subhanallah...<BR/>Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara pendapat Pak Win Wan Nur dengan pandangan saya. Saya pun seringkali MUAK dengan TINGKAH orang yang mengklaim dirinya LEBIH BAIK dari orang lain karena tidak mengenakan IDENTITAS sama dgn mereka yang lebih terkesan simbol semata.<BR/>Tapi, Win Wan Nur, saudaraku seiman, kuranglah patut jika ORANG2 YG MEMUAKKAN itu serta-merta kita BENCI. Seluruh KOMUNITAS nya kita CAP dengan stempel yg SAMA. Tidaklah elok MEMBUANG seluruh beras persediaan makan kita karena menjumpai beberapa KUTU dan BATU HITAM didalam karungnya. Merekapun aset bangsa, mereka juga aset ummat, mereka juga bagian integral dari bangsa ini, diantara mereka juga ada BERAS BERKUALITAS TINGGI.<BR/>Tuhan kita sangat menganjurkan untuk SALING menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sabarlah, saudaraku, meskipun RASA MUAK sedemikian menggunung di dada kita, karena mereka dan kita saling membutuhkan.<BR/>Bisa jadi RASA PERCAYA DIRI yang berlebihan dalam fikiran kita JUGA MEMUAKKAN orang2 di sekeliling kita. Jadi, sangatlah indah jika kita saling menasihati dalam kasih sayang dan kesabaran.<BR/><BR/>BOSS ACHMAD BASALAMAHBoss Achmad bin Umar Basalamahhttps://www.blogger.com/profile/16250677380939994540noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-958911628693452465.post-43638611405512303912009-03-04T10:03:00.000-08:002009-03-04T10:03:00.000-08:00satu kata tepat untuk tulisan di blog ini adalah H...satu kata tepat untuk tulisan di blog ini adalah HEBAT. dan dari yang saya baca memang sepatutnya kita menghormati dan meneladani orang2 berimage islam dan bersifat (tidak berprilaku saja) islami. ketika melihat orang yang tidak senada dengan islam merasakan iba bukan benci dan melihat pada diri mereka dengan tatapan kasih sayang. <BR/><BR/>dan menurut saya kita harus cermat dalam mengkategorikan antara Budaya arab dan budaya islam karena banyak yang menjadikan keduannya adalah satu. budaya islam yang megah tidak bisa kita samakan dengan budaya arab apalagi kalau kita logok sejarah dunia arab pra islam. jadi yang hebat bukan lagi budaya arab tapi budaya islam atau budaya agama-agama samawi yang di bawa adam-hawa.<BR/><BR/>mundir<BR/>www.munij.blogspot.comBhumi A Singhttps://www.blogger.com/profile/15573701827876598119noreply@blogger.com