Belakangan ini perdebatan di milis IACSF tersandung masalah serius soal etika.
Di milis yang kebijakannya tidak menerapkan moderasi, kejadian seperti ini memang tinggal menunggu waktu saja. Etika di milis yang hyper demokratis seperti IACSF ini memang sangat tergantung atas niat baik para penghuninya sediri.
Sebelum Kosasih masuk bergabung, etika tidak tertulis di milis ini tercipta dengan sendirinya, melalui konsensus yang tidak diucapkan. Itu terjadi karena sebelum Kosasih masuk bergabung, mayoritas penghuni milis ini adalah orang Aceh yang memang etikanya sudah sama secara 'terberi'. Jadi tanpa sadar para anggota milis ini sudah punya kesepakatan sendiri soal etika dan moralitas dan tidak pernah menjadi masalah.
Semua masalah etika di milis ini berawal dari diperkenalkannya "cara menghujat santun dengan moralitas Jawa" oleh serinen saya Kosasih Ali Abu Bakar, seorang Gayo yang lahir dan besar di Jawa. Ternyata "cara menghujat santun dengan moralitas Jawa" tidak dapat diterima oleh penghuni milis ini. Tapi dengan dalih kebebasan berekspresi dan mengungkapkan pendapat, Kosasih tetap memaksakan "cara menghujat santun dengan moralitas Jawa" yang dia anut. Pada awalnya "menghujat santun dengan moralitas Jawa" ini terlihat sangat menguntungkan Kosasih, dengan kesantunan ala Jawanya, Kosasih dengan bebas menghujat dan menghantam lawan-lawan yang selama ini tidak bisa dia hadapi jika dia bertarung dalam batasan atau koridor etika yang berlaku di milis ini.
Tapi ketika "cara menghujat santun dengan moralitas Jawa" yang diperkenalkan oleh Kosasih ini mulai diadopsi oleh lawan-lawan Kosasih sendiri untuk menghantam balik Kosasih dengan cara yang tidak pernah dibayangkan Kosasih sebelumnya, yaitu meng-copy Cerpen tidak bermutunya dan mengganti nama tokoh-tokoh antagonis dalam novel itu dengan nama Kosasih sendiri dan Lembide, nama miliser lain yang biasa menjadi anjing setia Kosasih. Kosasihpun mulai uring-uringan.
Kosasih makin terbakar jnggotnya ketika si penyerangnya ini dengan kreativitas mengagumkan menggunakan tingkat kesantunan paling tinggi dalam "cara menghujat santun dengan moralitas Jawa" yang diperkenalkan Kosasih. Si penyerang ini menggunakan nick Kosasih Bakar, persis nama Kosasih sendiri dengan e-mail yang dibuat mirip pula hanya menambahi angka nol dibelakang nama cossablu2000. Kreativitas penyerang pertama ini kemudian diikuti penyerang lain dengan kreativitasnya sendiri yang muncul sebagai Kosasih baru dengan nick Elvy Sukosasih.
Situasi yang dihadapi Kosasih ini sebenarnya persis sama seperti ketika 'J' si Ph.D asal Belanda yang menyerang saya dengan argumen yang dia paksakan berlaku berdasarkan 'ide' yang ada dalam budayanya, tapi gelagapan sendiri ketika saya menyerang balik dengan argumen yang sama tapi berdasarkan 'ide' yang ada dalam budaya lain.
Seperti 'J' yang muntah-muntah ketika saya menceritakan soal bayi tikus yang dimakan orang Fak-Fak, dengan argumen yang sama seperti yang digunakan oleh "J" sebelumnya. Di sini Kosasih juga terkaing-kaing ketika ada orang yang menggunakan nama Kosasih Bakar untuk menyerangnya balik dengan cara yang dia perkenalkan sendiri pula.
Bedanya kalau si "J" yang Belanda itu tahu diri, kalau saat itu dia diserang balik dengan caranya yang dia perkenalkan sendiri langsung pergi dan tidak pernah kembali lagi ke meja. Kosasih yang Jawa ini ketika mengetahui dia diserang balik dengan caranya yang dia perkenalkan sendiri, dengan muka tembok khas mentalitas Jawanya, tanpa sedikitpun rasa malu malah meminta moderator untuk mengeluarkan orang yang menyerangnya dengan mengadopsi cara yang diperkenalkan oleh Kosasih sendiri.
Tapi seperti saat moderator tidak beraksi ketika Kosasih memaksa orang-orang di milis ini 'memakan daging babi', kali inipun moderator tidak beraksi saat orang-orang yang selama ini merasa Jijik melihat perilaku Kosasih menjejalkan 'Bayi-bayi tikus yang merah' ke dalam mulut besarnya. Dan kalaupun moderator kali ini beraksi, itu tidak bisa dibenarkan, karena tindakannya itu merusak nilai-nilai keadilan Universal. Sebab selama ini moderator telah membiarkan Kosasih berbuat tidak adil terhadap mayoritas penghuni milis ini.
Apa yang terjadi di milis ini jelas akan menjadi preseden buruk. Jika Kosasih tidak pernah membayangkan lawannya akan mengadopsi moralitas Jawanya untuk menyerangnya balik. Ketika menyerang balik menggunakan moralitas Jawa yang diperkenalkan Kosasihpun, lawannya yang menyerang ini tentu tidak membayangkan caranya itu nanti akan ditiru lagi oleh Kosasih untuk menyerang lawan-lawannya.
Kosasih serinen saya ini adalah orang yang lahir dalam budaya Jawa dan sangat memahami moralitas Jawa jauh lebih baik dari kita semua, sehingga adalah sangat wajar kalau nanti dia menyerang balik dengan varian serangan baru yang menggunakan moralitas Jawanya ini.
Jadi setelah ini kita tidak perlu kaget kalau nanti muncul nick Win Wan Nur dengan e-mail winwanur@yahoo.com(dengan hanya satu 'N'), atau winwannur@gmail.com, atau winwinnur@yahoo.com dan lain sebagainya yang mempost ide-ide aneh yang sama sekali berbeda dengan ide-ide Win Wan Nur yang asli. Bahkan bisa jadi nantinya nama-nama tersebut bukan hanya muncul di milis, tapi juga blog, facebook dan bisa jadi website.
Kembali ke soal etika. Etika, seperti semua produk pemikiran manusia lainnya sebenarnya adalah sebuah konsensus alias kesepakatan bersama. Benar dan salah dalam etika juga sebenarnya tidak absolut melainkan hanya kesepakatan bersama saja.
Benar atau salah dalam bidang etika yang bersifat Universal selalu dimulai dari "pengakuan reflektif" yang sifatnya timbal balik, alias "kalau aku begitu, aku juga harus mau dibegitukan ". Atau, "kalau aku ngegaplok kepala orang dengan alasan A, maka orang harusnya juga boleh ngegaplok kepala aku dengan alasan A".
Kalau yang dasar ini tidak bisa dibicarakan. Maka budaya atau filsafat, atau ajaran agama atau apapun itu namanya, secara etika namanya sudah jelas "immoral". Immoral karena siapapun pasti tidak bisa menerima premis seperti ini, "benar = kamu ngegaplok kepala aku; tapi, salah = aku ngegaplok kepala kamu balik".
Ketika situasi immoral seperti ini terjadi, yang namanya pemikiran, budaya, filsafat atau agama sekalipun sudah tidak diperlukan lagi. Karena yang diperlukan tinggal kuat-kuatan otot. Sama sekali tidak perlu lagi ngomong moralitas, atau pun masalah benar/salah secara etika.
Untuk urusan Kosasih, adu 'kuat-kuatan otot' inilah yang sedang terjadi di milis ini. Kosasih pasti akan menyerang balik lawan-lawannya termasuk saya dengan varian serangan baru berbasis "menghujat santun berdasarkan moralitas Jawa" ini.
Dan apa yang dialami Kosasih sekarang adalah buah yang ditanam Kosasih sendiri, yang di awal kemunculannya dulu untuk memperkenalkan diri dengan cara langsung 'ngegaplok kepala' penghuni milis ini sebagai ganti Assalammu'alaikum, jadi berdasarkan etika yang berlaku universal yang selalu dimulai dari "pengakuan reflektif" yang sifatnya timbal balik, sebenarnya ketika dulu Kosasih memperkenalkan diri dengan cara seperti itu, sebenarnya saat itu Kosasih sedang menulis surat undangan terbuka bagi siapa saja untuk 'ngegaploki kepalanya sendiri'.
Ketika untuk menyelesaikan sebuah perdebatan yang digunakan sudah 'kuat-kuatan otot' bukan lagi pemikiran, yang terjadi adalah HUKUM RIMBA, siapa yang kuat dia yang menang.
Dan dalam situasi yang diciptakan oleh Kosasih ini, lagi-lagi serinen saya yang lahir dan besar di Jawa ini sekali lagi menunjukkan tingginya tingkat Kesombongannya dan rendahnya tingkat Kecerdasan alias IQ-nya. Seperti saat mendeklarasikan perang terhadap saya, tanpa terlebih dahulu menakar kekuatan yang dia punya, kali inipun Kosasih sekali lagi menunjukkan keidiotan yang sama . Ketika memilih bertarung dengan HUKUM RIMBA di milis inipun Kosasih sama sekali tidak mampu mengukur kekuatan dirinya.
Seperti biasa, Kosasih serinen saya yang idiot ini membuat setiap asumsi berdasarkan situasi 'terberi' yang ada di Jawa, sehingga ketika dia menyerang dengan "Moralitas Jawanya", yang dia bayangkan lawan yang dia serang itu juga memiliki situasi 'terberi' seperti di Jawa. Yang orang-orangnya langsung menundukkan kepala dan mengatakan 'ampun ndoro' ketika ada orang yang berani 'ngegaploki kepala' mereka
Kosasih serinen saya ini tidak sadar bahwa lawan-lawan yang dia serang di milis ini bukanlah orang-orang Jawa . Isi milis ini mayoritas adalah orang-orang Aceh yang sudah kenyang dengan berbagai konflik, yang memang dilahirkan sebagai orang yang suka berperang, yang selalu bisa menemukan cara 'ngegaplok' balik ketika kepala mereka 'digaploki'.
Akibatnya, Kosasih tidak mempertimbangkan situasi yang dia hadapi bahwa dia hanya sendirian di milis ini dan kalaupun ada pendukung, pendukung setianyapun paling hanya Lembide Gayo yang kemungkinan besar hanya Alter Ego- Kosasih sendiri.
Dan karena sejak kemunculannya di milis ini, sudah ada begitu banyak 'kepala' yang dia 'gaploki'. Dan orang-orang yang selama ini 'kepalanya' dia 'gaploki' itulah yang sekarang sedang balik beramai-ramai 'ngegaploki kepala' Kosasih. Jadi dalam adu 'kuat-kuatan otot' ini, saya bukan hanya yakin tapi tahu pasti kalau Kosasihlah yang akan babak belur dan terkaing-kaing sekali lagi.
Jadi penghuni milis ini tidak perlu heran kalau ke depan, di milis ini akan muncul varian nick-nick Kosasih baru yang aneh-aneh, entah itu kosasihbencong@yahoo.com, kosasihjawa@yahoo.com, kosasihsialan@yahoo.com,kosasihbabi@gmail.com, kosasihanjing@yahoo.com dan lain sebagainya yang merupakan refleksi kekesalan orang-orang yang 'kepalanya' pernah 'digaploki' Kosasih.
Dan mengingat Kosasih dengan moralitas Jawanya yang lentur juga bisa melakukan apa saja, tidak usah heran pula kalau nanti berbagai varian nick Win Wan Nur, Iluminati, Vande Charba, Mustafa Bambi, Rima atau siapapun juga yang dianggap lawan oleh Kosasih akan muncul di milis ini atau di milis lain atau di blog-blog baru atau di facebook dan berbagai media online lainnya dengan pemikiran, ide dan bahasa yang aneh-aneh yang kalau dimirip-miripkan pasti ada benang merahnya dengan pemikiran Kosasih serinen saya yang lahir dan besar di Jawa. Tapi karena Kosasih sendirian, tentu kekuatannya menyerang sebegitu banyak lawan akan terbatas pula, apalagi dia harus menghadapi serangan dari sebegitu banyak 'Kosasih' lain yang tidak jelas siapa wujud aslinya.
Jadi saudara-saudara sekalian...untuk mengendurkan urat syaraf yang tegang, marilah sejenak kembali mengenang suasana di akhir tahun 80-an, ketika Heavy Metal tengah berjaya dimana-mana.
Marilah kita mengingat kembali lengkingan vokal 7 oktav Axl Rose yang diiringi jeritan gitar Slash, suara rithem gitar Izzy Stradlin, dentuman Bass Duff Mc Kagan dan gebukan drum Steven Adler dalam sebuah single Guns'N Roses di album Appetite for Destruction.
"Welcome To The Jungle", katanya....Selamat datang di Hutan Rimba.
Wassalam
Win Wan Nur
www.winwannur.blogspot.com
Jumat, 06 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Sungguh saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan "Moralitas Jawa", apa itu memang ada?
Membaca tulisan ini, kata "moralitas jawa" sepadan dengan kata "yahudi" bagi orang islam. (sesungguhnya saya maklum, sebab orang aceh merasa dijajah oleh orang jawa--walaupun sebenarnya pucuk pimpinan toh kebanykan bukan orang jawa)
Budaya Jawa sendiri sudah hilang semenjak raden Patah menghancur leburkan Majapahit--dengan budaya menyerang tanpa memberi tantangan, budaya yang lebih rendah dari binatang.
Jadi saya tidak faham apa yang anda maksud dengan "moralitas jawa". (maaf saya bukan anggota milis, jadi saya tidak tahu--saya cuma tertarik saja)
Orang jawa sudah kehilangan banyak, banyak sekali hal. Orang jawa juga harus mendapat attribut penjajah sekaligus dijajah. Dijajah lahir dan batin. Coba baca disini serat darmogandul
Oh, ya....sy gak kenal kosasih. Jangan pula nanti disangkut-pautkan kesana.
Posting Komentar