Beberapa hari yang lalu aku membaca tulisan temanku Beni Hamuri yang mengomentari tulisan temanku yang lain bernama Nourman Hidayat yang dia post di milis internal kami dan juga di Blognya. Dalam tulisannya Nourman membeberkan kesan-kesannya terhadap Leuser dan kami anggota-anggotanya. Beni yang membaca tulisan tersebut menyatakan kekagumannya pada Nourman.
Membaca tulisan Beni dan Nourman betul-betul mengingatkan aku ke suasana waktu kami masih aktif di Leuser dulu. Setidaknya di masa aku aktif, seingatku kamidi Leuser nggak pernah mengungkapkan secara terbuka kekaguman kita sama kawan-kawan kita yang lain.
Anak Leuser yang satu nggak pernah mau dianggap di bawah yang lain, sehingga berbagai jabatan struktural organisasi termasuk jabatan ketua umumpun di Leuser nggak lebih dari sekedar tempelan.
Seperti Beni, biarpun aku suka melecehkan kawan-kawan di Leuser dalam omongan, tapi sebenarnya aku menaruh hormat pada mereka-mereka dan beberapa dari teman-temanku itu betul-betul aku kagumi. Aku respek pada semua kawan seangkatanku di Diksar X yang aktif di Leuser, mulai dari Nourman, Tris Susela (Selo), Asih, Joel Gunung, Yanti (Tunggir) dan Dek Nong.
Kalau Beni bilang mengagumi Nourman karena sedikit bicara dan banyak kerja, aku justru sebaliknya. Anak-anak Leuser yang aku kagumi justru anak-anak Leuser yang banyak omong tapi juga banyak kerja dan penuh ide brilian di kepalanya, serta mampu dia eksekusi menjadi sebuah aksi yang nyata. Orang-orang ini adalah orang-orang yang membuat berbagai terobosan penting di Leuser. Banyak anak leuser yang membuat berbagai karya di leuser, tapi rata-rata aku pikir aku mampu melakukannya, kalaupun tidak kulakukan hanya karena tidak ada niat saja. Tapi tidak dengan orang-orang yang aku kagumi ini, aku kagum pada mereka karena melihat apa yang mereka lakukan, aku sadar kalau aku tidak mampu melakukannya.
Dari semua kawan seangkatan itu aku paling kagum sama Asih. Kawanku yang satu yang asli Banyumas ini adalah pengecualian dia seperti Nourman, tidak banyak omong tapi banyak kerja. Sejauh yang aku tahu, Asih adalah cewek paling istimewa yang pernah ada di Leuser, orangnya berjilbab, anggun kemayu dan keibuan. Tapi di balik semua sikap femininnya itu Asih adalah cewek Leuser yang paling tangguh di alam bebas. Semua kegiatan ekspedisi besar di Leuser dia ikuti. Semua jenis aktivitas outdoor dia geluti, Asih yang sekarang berprofesi sebagai ibu guru ini menggeluti berbagai aktivitas outdoor, mulai dari mendaki gunung, panjat tebing, bersama Tajuddin dan Rakai mereka mengarungi jeram ganas yang belum pernah diarungi orang lain sebelumnya hanya dengan bermodal dua ban traktor yang diikat kain terpal. Ketika di Leuser sedang demam caving, Asih juga ikut ekpedisi pemetaan gua, tinggal berhari-hari puluhan meter di bawah tanah dalam gelapnya gua geurutee. Bukan hanya kegiatan yang ada di leuser, Asih juga menggeluti olahraga selancar alias surfing, Rakai seorang temanku yang lain menyebutnya sebagai satu-satunya Surfer berjilbab di dunia.
Angkatan di atasku, yang paling aku kagumi adalah Rakai, meskipun waktu aktif dulu aku sama sekali tidak pernah mau mengakuinya. Rakai ini banyak omong dan sok jago, suka mempopulerkan istilah yang aneh-aneh. karena dasarnya anak Leuser itu tidak suka secara terbuka mengakui kehebatan kawan sendiri, di Leuser Rakai selalu menjadi sasaran ejekan abang-abang dan kawan seangkatan karena gayanya yang sok hebat itu. Tapi sialnya, Rakai ini memang hebat.
Di Leuser Rakailah yang memperkenalkan segala instrumen dan peralatan panjat tebing artifisial, dia pula yang memperkenalkan arung jeram yang benar. Sebelum kehadiran Rakai, pengetahuan dan keterampilan anak-anak Leuser dalam penguasaan ilmu alam bebas sangat terbatas. Bang Mun salah seorang seniorku pernah menceritakan, kalau dulu saat melakukan panjat tebing, mereka minta Bang Kamel (Caleg PA di Pemilu lalu) untuk memanjat secara free climbing sampai ke Puncak, lalu mengikatkan tali di sana, baru kemudian yang lain memanjat.
Baru saat Rakai bergabung kami mengenal yang namanya Phyton, Cock Tail, Poulie dan berbagai alat panjat artifisial lainnya. Saat kami tidak mampu membeli alat-alat panjat yang mahal tersebut Rakai tidak kehilangan akal, dia membuat sendiri alat-alat tersebut di Laboratorium fakultas tempatnya kuliah yaitu Laboratorium Teknik Mesin. Demikian juga ketika kami mendapati banyak Phyton buatan luar negeri yang karakternya tidak sesuai dengan karakter tebing di Aceh, Rakai membuat phyton karyanya sendiri yang dia namai "Phyton Ngoh Droe".
Penampilannya juga demikian, Rakai ini penampilannya 'anak alam abis', rambut panjang tangan dan leher dipenuhi berbagai aksesoris khas anak gunung, sepatu boot tinggi dengan merk-merk yang tidak pernah kami kenal. Seragam sehari-harinya kalau bukan kemeja flanel ya kaos oblong dengan celana kargo berknatong banyak dan bandana.
Penampilan rakai pernah menjadi trend setter bagi anak-anak PA lain se Aceh, Kecuali anak Leuser, teman-teman anak PA lain seolah berlomba untuk berpenampilan semirip mungkin dengan Rakai agar status mereka sebagai anak PA dianggap Klop.
Selain penampilan, rakai juga bisa dikatakan sebagai duta besar Leuser yang paling berhasil. Rakai suka sekali mengikuti berbagai pertemuan kelompok Pecinta Alam Indonesia dimanapun diselenggarakan. Dan itu semua dia lakukan dengan biaya sendiri. Sehingga tidak heran ketika aku mengikuti jejaknya bertualang sendiri kemana-mana, setiap kali aku mengaku sebagai anak Leuser, teman-teman PA di daerah lain yang aku kunjungi selalu menanyakan namanya.
Hal lain yang membuat Rakai banyak dikagumi oleh anak PA di luar Leuser adalah pergaulannya yang menginternasional. Bahasa Inggris pada waktu itu masih merupakan kemampuan langka di Aceh. tapi pada masa itu Rakai sudah berteman dengan orang yang berasal dario berbagai negara, terkadang dia mengajak temannya yang berasal dari berbagai negara di eropa menginap di sekretariat Leuser. Rakai pulalah yang pertama kali mengajakku ke Sabang, membuatku berkesempatan mempraktekkan bahasa inggrisku kepada para native speaker yang berlibur di sana sehingga bahasa Inggrisku bisa seperti sekarang. Berkat Rakai yang pertama kali mengajakku ke sabang pula, di kemudian hari aku tertarik mempelajari bahasa Perancis dan kemudian menguasainya dan sekarang justru dari kemampuanku itulah aku bisa menghidupi diri dan keluargaku.
Untuk angkatan di bawahku, yang paling aku kagumi adalah KOPE. seperti istimewanya nama lengkapnya PARMA KOPE yang merupakan nama buku daftar obat-obatan di fakultas kedokteran yang kalau di Teknik Sipil kira-kira sama dengan DAFTAR BAJA. Anak ini anak juga 'istimewa', banyak kerja tapi juga banyak mencela. Kalau Kope mengungkapkan kritikannya, bahasa yang dia keluarkan bukan bahasa biasa. Tapi bahasa yang nyelekit telak menusuk sampai ke ulu hati. Dia sama sekali tidak peduli aku seniornya, kalau dia sedang tidak suka, aku bisa disebutnya dengan berbagai istilah yang membuat darah naik sampai ke kepala.
Belakangan setelah kami melakukan beberapa ekspedisi bersama-sama aku jadi lebih mengenal Kope dan mulai mengerti, seperti apa anak ini sebenarnya.
Seperti rakai, Kope inipun luar biasa banyak idenya. terobosan yang dia buat tidak biasa, kadang terobosannya membuat semua senior memusuhinya. tapi Kope tidak peduli dia tetap jalan terus dengan idenya. Di kemudian hari terbukti kalau idenya yang menyebalkan itulah yang benar. Dia juga yang memperkenalkan ilmu-ilmu speleologi terbaru, pemetaan gua yang tidak pernah kami dapatkan di masa kami aktif dulu.
Wassalam
Win Wan Nur
www.winwannur.blog.com
Rabu, 22 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
yup.. begitulah Rakayx
gw inget waktu pendakian putri ke Kerinci, Rakayx bawa pulang persahabatan dengan dua orang asing yang kita jumpai ketika pendakian.
Persahabatab kita berlanjut sampai beberapa tahun kemudian Cedric muncul di Sekretariat kita Win..
LL128US
Rosa @ PKT Bontang
duh . setahun kemudia baru komentari tulisan win wannur ini. apa boleh buat lah. bagaimana khabarnya cedric ya? cedric menjadi mualaf. hari pertama puasa kami melatih dia dengan berlebihan. atau, tepatnya sok paten. lari-lari pagi. biar dikira..: "gila ni puasa2 kok malah jogging". biasa malah nggak pernah. hehehe. waktu shalat jumat, pas waktu sujud, imam masih sujud, cedric berbisik " kalo imam lama2 kali, aku pulang aja" hehehe. untung aku nggak jawab. kan lagi shalat.
Posting Komentar