Kamis, 10 Desember 2009

Kenapa Nama TAKENGON Perlu Dikritisi

Tulisan saya tentang asal-usul nama TAKENGON, ternyata mendapat banyak tanggapan. Ada banyak yang setuju dengan pendapat saya tentang asal usul nama ini dan menganjurkan untuk tidak lagi menyebut nama TAKENGON karena nama asli kota ini adalah TAKENGEN.

Tapi ada yang tidak setuju menurutnya TAKENGON adalah nama TAKENGEN dalam bahasa Indonesia. Seorang rekan yang pro nama TAKENGEN tidak setuju karena menurut rekan ini "dimana-mana nama itu tidak bisa di ubah-ubah".

Menanggapi ini, menurut saya adalah hal biasa kalau nama sebuah kota diucapkan oleh orang luar dengan 'lidah' mereka.

Di Eropa misalnya nama-nama kota di Italia oleh orang Inggris semua diubah menjadi bercita rasa Inggris. Misalnya 'Napoli' menjadi 'Naples', 'Firenze' menjadi 'Florence', 'Roma' menjadi 'Rome'. Di Swiss 'Geneve' menjadi 'Geneva'. Kota 'London' di Inggris juga oleh orang Perancis namanya diubah menjadi 'Londre'. 'Makkah' di sini menjadi 'Mekkah', di Inggris menjadi 'Mecca', di Perancis jadi 'La Mec' aja.

Tapi untuk kota-kota itu, semua penghuninya dan orang yang berasal dari sana selalu menyebut nama Kota itu dengan nama aslinya.

Jadi nama Takengen diucapkan menjadi Takengon saya pikir sah-sah saja. Cuma kenapa soal nama 'Takengon' terada mengganggu bagi saya?. Itu dikarenakan penyebutan nama itu sangat erat kaitannya dengan sikap RENDAH DIRI orang Gayo terhadap diri dan adat istiadat dan budayanya sendiri. Dan yang paling menyebalkan dari semuanya adalah; nama ini merupakan pemberian CHRISTIAN SNOUCK HURGRONJE yang disewa oleh pemerintah Belanda untuk menghancurkan Aceh.

Jadi nama TAKENGON itu berkaitan erat dengan pengagungan orang Gayo nilai-nilai dari luar dan sikap pandang remeh terhadap diri sendiri. Ini adalah mentalitas khas BANGSA JAJAHAN.

Pemakaian nama Kota ini berkaitan erat dengan cara pandang penduduk kota ini terhadap dirinya sendiri.

Kalau kota-kota yang saya sebutkan di atas tidak pernah kehilangan nama aslinya, karena penduduk yang mendiaminya tetap menyebutnya dengan nama asli kota tersebut. Tidak demikian dengan TAKENGEN.

Kota kebanggaan orang Gayo ini sudah benar-benar kehilangan nama aslinya. Di setiap institusi resmi pemerintahan dan di peta nama Kota ini semua sudah menjadi TAKENGON.

Malah untuk semakin meyakinkan bahwa nama pemberian HURGRONJE inilah yang merupakan nama asli kota ini, beredar cerita bahwa nama Kota ini berasal dari kata beTA Ku ENGON. Cerita ini sangat diragukan kebenarannya, hampir mustahil mencari bukti sejarahnya, apalagi kalau referensi yang kita pakai untuk meyakininya adalah referensi seorang Gayo dengan inisial DC, yang lahir di Gayo dan besar di Afrika. Menurutnya nama ini berasal dari ekspresi orang Gayo yang melihat seorang tentara Belanda yang berteduh di bawah pohon Kelaping.

Jadi silahkan saja menyebut nama kota ini sesuai selera. Cuma untuk saya sendiri, saya merasa malu menyebut nama kota ini dengan nama TAKENGON, karena dengan menggunakan nama itu, bagi saya sama artinya dengan mengaku bahwa saya adalah seorang bangsa JAJAHAN.

Wassalam

Win Wan Nur

Tidak ada komentar: