Selasa, 24 Maret 2009

Jogja Pagi Ini

Akhirnya di Jogja lagi, susah bener dapat tiket dari Bali. Semua penerbangan penuh, Garuda penuh, Mandala penuh yang sisa cuma Lion. padahal aku paling malas naik Lion karena seringnya bermasalah dengan bagasi. pernah dua kali bagasiku nyasar kemana-mana, dua minggu kemudian baru kembali. Dengan waktuku yang cuma 3 hari di Jogja, tentu nggak lucu namanya kalau bagasiku nyasar lagi. Tapi karena cuma itu satu-satunya yang tersisa, apa boleh buat akhirnya aku naik Lion meskipun harus berangkat ke Bandara jam 5.00 Wita yang sama dengan Jam 4.00 WIB.

Dan Kabar baiknya, tidak seperti garuda yang pramugarinya sudah tua-tua dan mandala yang dalam melayani penumpang kelihatan sekali sikap ramah dan senyum Palsunya. Pramugari Lion Air masih muda-muda, segar dan ramahnya alami. Lumayan bisa mengobati rasa kantuk karena bangun terlalu pagi.

Jam 6.30, aku udah di Jogja langsung berangkat ke hotel dan berjalan-jalan melintasi jalanan yang masih belum terlalu ramai, merasakan aktivitas Jogja di pagi hari. melihat orang-orang berangkat kerja, gelandangan yang masih pulas di depan toko dan sarapan di warung tenda di depan Rumah sakit Bethesda di seberang galeria. Milik orang Jogja asli bernama pak bambang yang sejak tahun 1987 berkelana di berbagai daerah di Aceh dan Sumatera Utara, bekerja di bidang konstruksi dan sekarang menghabiskan masa tua di kampung halaman dengan membuka warung nasi.

Sambil makan, berbincang dengan dua pelanggan lain yang bekerja sebagai Satpam di rumah sakit Bethesda, Satpam bernama Tono ini adalah seorang anggota Paramiliter Komando Trikora, yang pernah ditugaskan ke Aceh untuk menjadi sopir BRR di Simeulue.

Tono dan temannya yang juga bernama Tono menurut saya benar-benar merepresentasikan Jogja, materi pembicaraan mereka cukup intelek dan ilmiah, menganalisa permasalahan ekonomi dan dan peluang capres di pemilu dengan sangat logis dan ilmiah dan tampak begitu mereka yakini, karena Tono yang Satpam pernah bekerja di Cilacap semasa Pangeran Cendana ditahan di Nusa Kambangan, kemudian pembicaraan mereka beralih ke tema tentang Tommy Soeharto. Kali ini mereka berbicara tentang dunia Supra Natural. Menurut Tono yang Satpam, Tommy sebenarnya dulu tidak ditangkap tapi menyerahkan diri, menurutnya tidak ada yang bisa menangkap Tommy karena Tommy Soeharto memiliki sebuah keris bernama Kyai Pinayungan dari kerato Jogja yang dia beli seharga 70 juta. Kesaktian keris itu membuat Tommy tidak akan bisa dilihat oleh mata awam dalam jarak 7 langkah.

Dari pembicaraan inilah saya melihat ciri Jogja yang sangat khas, di sini yang dikenal sebagai kota pendidikan banyak sekali orang berpendidikan tinggi dan berpikir secara ilmiah, tapi di sini selain Bali) juga merupakan pusat dari segala sesuatu yang berbau klenik dan secara unik kedua hal yang bertentangan ini diterima secara wajar oleh masyarakatnya, mereka percaya hal ilmiah dengan keyakinan yang sama dengan kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang berbau klenik.

Selesai makan, ngopi di exelso memesan secangkir kopi yang katanya mandheling pawani tapi aku tau itu aslinya Kopi gayo, Kopi yang dihidangkan pelayan manis bernama Krisna ini harganya secangkirnya tiga kali lipat makan pagiku dengan lauk lele, tempe, tahu dan sayur daun singkong cabe ijo (gila ya sarapan orang Aceh) di tenda pinggir jalan yang terletak tepat diseberangnya.

Di sini ada Wi Fi Gratis yang bisa dipakai sepuasnya, tidak seperti di Pantai Kuta tadi malam, waktu aku menggunakan Wi Fi di Minimart di samping mc Donald pantai Kuta, di sana Wi Fi-nya pakai password, yang baru bisa didapatkan kalau kita belanja di Deli yang satu bangunan dengan Minimart, itupun dibatasi waktunya hanya tiga jam saja.

Saat aku ke toilet, kulihat ada dua orang Abg dengan Laptopnya, sedang Chatting tampaknya, dua Abg yang bernama Rini dan Risa ini tidak keberatan saat kuminta untuk difoto.

Begitulah suasana Jogja pagi ini.

Wassalam

Win Wan Nur
www.winwannur.com

Tidak ada komentar: