Ada sebuah fenomena menarik yang saya alami beberapa hari belakangan ini, yaitu munculnya seseorang yang mengaku bernama Teuku Zulkhairi dalam daftar teman Facebook saya.
Saya menyadari keberadaan orang ini saat dia memberi komentar di sebuah link facebook saya ini http://www.facebook.com/posted.php?id=1524941840 di link ini tanpa basa-basi orang yang bernama Teuku Zulkhairi ini langsung menuduh saya sebagai orang yang ragu terhadap keimanan Islam, agama yang saya peluk. Bagaimana cerita selaengkapnya boleh di klik di link tersebut.
Selanjutnya, orang yang belakangan saya ketahui ternyata adalah Alumnus DAYAH Babussalam Putra Matangkuli-Aceh Utarayang sekarang berstatus mahasiswa PASCA SARJANA IAIN dan menjabat Ketua Bidang Kajian Sosial pada Center For Aceh Development Strategy(CADS) ini terus mengejar setiap tulisan saya. Bukan mengajak berdiskusi, karena setiap kali saya mengajaknya berdiskusi dengan berdasarkan fakta orang ini selalu mengelak. Sebaliknya yang dia lakukan adalah melancarkan FITNAH dan CACI MAKI.
Beberapa waktu yang lalu dia bahkan secara khusus menulis sebuah tulisan yang menyarankan pembacanya untuk berhati-hati pada orang-orang yang berniat mengacaukan KEIMANANAN orang Aceh. Memang dia tidak secara eksplisit menyebut nama saya, tapi dalam komentarnya selanjutnya akhirnya dia mengakui kalau orang yang dia maksud adalah saya sendiri. Kalau dalam notes yang saya tulis saja dia begitu berani menebar FITNAH, HUJATAN dan CACI MAKI apatah lagi di notes yang dia tulis sendiri. Lebih seru lagi, di sini dia dibantu dengan gigih oleh para pendukungnya yang sama sepertinya adalah orang-orang yang merasa diri PALING ISLAM dan PALING BERIMAN. Lengkapnya silahkan baca di sini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=445485980511&id=1829822252&ref=mf
Berbagai usaha yang saya dan beberapa teman lakukan untuk menggiring orang-orang ini ke sebuah diskusi yang mendasarkan argumen pada fakta, tidak pernah berhasil. Yang mereka lakukan terus mengelak sambil senantiasa menebar FITNAH.
Perilaku Ketua Bidang Kajian Sosial pada Center For Aceh Development Strategy (CADS) seperti yang dia tunjukkan melalui komentar-komentarnya di notes saya ini membuat saya jadi curiga jangan-jangan CADS lembaga dengan nama yang dibuat berbau Inggris yang sepertinya supaya terlihat profesional ini sebenarnya cuma sebuah lembaga ondel-ondel yang tidak berkualitas yang hanya bisa memproduksi FITNAH.
Dan dugaan saya tersebut terbukti di tulisan berikut ini : http://www.facebook.com/note.php?rfa9692d4¬e_id=477156225511&comments
Dalam tulisan ini yang menjadi sasaran FITNAH lembaga ini adalah pemerintahan Irwandi-Nazar, pemerintah yang berkuasa di Aceh sekarang yang tampaknya tidak disukai oleh lembaga ini.
Saya sendiri pun sebenarnya sama seperti mereka, kecewa dengan pemerintahan Irwandi-Nazar buktinya anda bisa lihat di tulisan yang saya tulis ini http://winwannur.blogspot.com/search?q=bukan+off+roader
Tapi meskipun kecewa dan saya pun terus mengkritisi pemerintahan ini, tapi tentu saja kritik saya tersebut saya sampaikan hanya berdasarkan fakta yang ada, bukan MEMFITNAH Pemerintahan yang membuat saya kecewa ini dengan FAKTA yang TIDAK ADA. Karena memang itulah inti DEMOKRASI.
Dalam masyarakat demokratis, melontarkan KRITIK adalah HAK, sementara menyebar FITNAH adalah perbuatan KRIMINAL jelas sekali beda antara keduanya. Garis pembatas antara KRITIK dan FITNAH adalah FAKTA.
Tapi cara pandang seperti ini tentu tidak berlaku bagi Teuku Zulkhairi penulis artikel ini yang menyandang jabatan sebagai Ketua Bidang Kajian Sosial pada Center For Aceh Development Strategy (CADS).
Orang ini berani bertindak seperti ini karena sebelumnya secara sepihak dia sudah mengklaim diri sebagai ORANG BERIMAN, maka dengan asumsi ini orang ini otomatis beranggapan apapun yang dia katakan adalah KEBENARAN MUTLAK dan siapapun yang berseberangan dengannya adalah PENGACAU KEIMANAN.
Maka sebagaimana yang dia lakukan dalam menanggapi tulisan-tulisan saya yang dia kritisi berdasarkan atas PRASANGKA dan IMAJINASINYA sendiri.
Dalam artikelnya 'ORANG BERIMAN' ini mengatakan selama pemerintahan Irwandi Nazar Jumlah pendudukan miskin naik dengan angka yang sangat fantastis (dia tidak menyebutkan berapa angka fantastis itu), mutu pendidikan yang sangat terbelakang (dia juga sama sekali tidak menunjukkan indikator penilainya).
Ini jelas FITNAH sebagaimana yang biasa ditunjukkan oleh 'ORANG BERIMAN' ini dalam komentar-komentarnya atas tulisan saya.
Karena faktanya :
Menurut data BPS terakhir kemiskinan Aceh tinggal 20.8% dari 32,6% tahun 2005. Tahun lalu angka itu masih 23,5%, jadi pasca BRR, pemerintah masih mampu menurunkan angka kemiskinan.
Soal pendidkan juga demikian adalah FITNAH kalau mengatakan dalam pemerintahan Irwandi-NAzar (IRNA) mutu pendidikan sangat terbelakang. Karena faktanya, selama pemerintahan mereka IRNA melakukan investasi SDM lebih 1,300 putra-putri Aceh untuk belajar S2 dan S3 di luar negeri. Salah satu dari yang 1300 ini termasuk seorang adik saya sendiri yang dibiayai kuliah ke Jerman. Dan dari adik saya ini saya tahu bagaimana seriusnya IRNA soal investasi pendidikan ini. Setiap pelajar yang dikirim keluar negeri ini tidak diberi biaya tambahan bagi penerima Beasiswa untuk mengajak keluarga, sangat berbeda dengan beasiswa lain yang ada di Indonesia. Maksud dari tujuan ini jelas untuk mengoptimalkan jumlah penerima beasiswa, alias dengan maksud agar sebanyak mungkin putra-putri Aceh yang kualitasnya tertingkatkan.
Selain itu FAKTA lain adalah, sudah lebih 100,000 anak yatim disantuni dalam 3 tahun terakhir, dengan jumlah santunan 1,8 juta/ tahun untuk setiap orang.
Data-data ini saya dapatkan dari sebuah diskusi di milis dari seorang yang bernama Muchtar,karena melihat latar belakang peserta diskusi milis ini yang demikian beragam serta mempertimbangkan kapasitas diri para peserta milis ini, yang sama sekali tidak ada bantahan terhadap informasi ini, maka data ini saya anggap valid. Lengkapnya tulisan tersebut bisa dibaca di sini http://us.mg4.mail.yahoo.com/dc/launch?.gx=1&.rand=1cnmgmnm8c5jl
Aceh belakangan ini telah menikmati kebebasan luar biasa, sekarang orang bisa bicara apa saja, jauh berbeda dengan masa Aceh masih menyandang status DOM dulu, ketika rakyat yang menuntuk hak atas tanahnya yang diserobot pengusaha pun harus berhadapan dengan aparat militer, lalu siapapun yang menunjukkan rasa simpati atas ketidak adilan itu akan serta merta dituduh SUBVERSIF dan dimasukkan ke penjara militer.
Sayangnya kebebasan ini sering tidak diikuti dengan tanggung jawab, banyak orang Aceh (terutama yang merasa diri sebagai 'ORANG BERIMAN'), masih belum mampu memahami yang namanya KEBEBASAN, oleh orang-orang ini KEBEBASAN dipahami sebagai boleh BEBAS berbuat semaunya termasuk melempar FITNAH kemana-mana.
Yang sangat lucu sekaligus ironis dari kenyataan ini adalah kenyataan bahwa 'ORANG-ORANG BERIMAN' ini selalu mengatakan mereka mendasarkan tindakan yang mereka lakukan kepada hadits dan Al QUr'an (yang dipahami secara literer), padahal tindakan yang mereka pertontonkan secara terbuka ini sendiri kontardiktif alias bertentangan dengan Al Qur'an (yang dipahami secara literer) seperti yang bisa kita baca dalam Al Qur'an Surat Al Hujuraat Ayat 12 yang berbunyi : Hai ORANG-ORANG BERIMAN, JAUHILAH KEBANYAKAN PRA SANGKA (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu DOSA dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dst.
Tanpa perlu meminta pendapat seorang ahli, cukup dengan logika sehat saja kita sudah paham kalau Aceh tentu akan jatuh ke dalam keterpurukan kalau orang dan lembaga-lembaga seperti ini terus dibiarkan menebar FITNAH seenak perutnya.
Tapi bagaimanapun inilah dinamika sebuah masyarakat yang baru mengenal demokrasi, semoga perilaku sebagian orang yang mencederai demokrasi di Aceh ini tidak dijadikan oleh aparat berwenang untuk memberangus mereka dengan kekerasan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh rezim Orde Baru dulu.
Jadi kalau Aceh ingin menuju ke perubahan yang lebih baik, bukan menuju ke terpurukan maka bukan aparat keamanan, tapi KITA, orang ACEH sendirilah yang harus melawan kelompok-kelompok penyebar FITNAH dan KETAKUTAN seperti ini.
Memang ketika berhadapan kelompok seperti ini telinga kita akan panas mendengar segala FITNAH, CACI MAKI dan HUJATAN dan mereka juga akan menakut-nakuti kita dengan Ancaman. Tapi semua itu harus kita lawan, karena ini adalah bagian dari tanggung jawab generasi kita untuk menyediakan ACEH YANG LEBIH BAIK bagi generasi mendatang.
Wassalam
Win Wan Nur
Orang Aceh suku GAYO
www.winwannur.blog.com
www.winwannur.blogspot.com
Minggu, 14 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar