Tadi saya membuka facebook dan mendapati begitu banyak hujatan yang ditujukan kepada saya karena saya telah dengan jujur menilai sebuah tulisan yang menyoroti Syari'at Islam di Aceh yang di-tag kepada saya.
Tulisan yang saya nilai dengan jujur ini ditulisa oleh seseorang yang bernamag bernama Zahrul Bawady M. Daud yang namanya saya kenal di facebook, tapi sama sekali tidak pernah saya kenal di dunia nyata.
Saya sendiri merasa heran dengan berbagai hujatan yang disampaikan kepada saya saat saya menganggapi tulisan dari Zahrul Bawady M. Daud ini. Karena dalam pandangan saya, ketika Zahrul mem-post tulisan ini di facebook, maka status tulisan ini pun telah menjadi sebuah publikasi yang statusnya menjadi sah untuk dinilai oleh siapapun dari berbagai sisi.
Maka ketika beliau mempublikasikan tulisan ini dan men-tag nama saya dalam tulisan itu, jelas saya berpikir kalau beliau tentu mengharapkan tanggapan dari berbagai sudut pandang, bukan cuma sekedar puja-puji.
Dan apa yang saya sampaikan dalam tanggapan saya terhadap tulisannya ini adalah penilaian berdasarkan sudut pandang saya, dan menurut saya kalau ada yang tidak sepakat dengan pandangan saya tersebut silahkan dikritisi dan mari kita BERDISKUSI.
Inti kemarahan orang yang menghujat saya ini adalah karena saya menilai tulisan-tulisan semacam ini cuma sekedar omong kosong dari orang yang pamer ilmu, yang sama sekali tidak menyentuh inti persoalan. Orang-orang yang tidak senang dengan komentar saya ini, marah karena menurut mereka saya tidak menghargai usaha mereka untuk menyelesaikan carut-marut permasalahan Syari'at Islam di Aceh ini setidaknya dengan pena.
Padahal sebenarnya yang terjadi tidaklah demikian, sebenarnya sayapun mengakui kalau mereka (para penulis ini) memang sudah berusaha, ya cuma seperti yang saya katakan dengan jujur dari hati nurani saya yang terdalam " Ketika membaca kebanyakan tulisan mereka ini, saya seperti sedang menyaksikan orang yang kebakaran rumah tapi sibuk mengomentari bukan memadamkan api".
Kalau anda ikut membaca tulisan-tulisan mereka, melalui tulisan-tulisan ini, anda dan saya jadi tahu ilmu mereka tinggi, penguasaan mereka terhadap dalil-dalil hebat...cuma ya karena mereka tidak menyentuh ESENSI masalahnya, yang terjadi cuma pamer ILMU, kita jadi seperti pertandingan Karate di nomor KATA.
Orang yang terlalu banyak belajar, merasa banyak ilmu tapi tidak pernah berpraktek di dunia nyata memang cenderung menjadikan orang memiliki sikap MEGALOMANIAK, dengan ciri merasa diri paling hebat, merasa diri paling tahu segalanya, merasa diri paling Islam, merasa diri paling mukmin, bahkan merasa dapat mengetahui niat terdalam seorang Muslim hanya dengan berdasarkan prasangka dan fanatasi di kepala.
Para megalomaniak ini menuntut orang lain untuk bersikap santun penuh petita-petiti tapi mereka sendiri boleh mencap orang yang berbeda pandangan dengan mereka sebagai Kafir, pembenci Islam, SIPILIS dan berbagai sebutan buruk lainnya.
Mereka inilah para orang berilmu yang kalau diibaratkan pertandingan Karate, mereka ini sangat mahir di nomor kata yang mempertandingkan pameran jurus, tapi tidak pernah bertarung.
Masalah di Aceh ini adalah terlalu berkuasanya dan terlalu bebasnya megalomaniak ini, yang sebenarnya tidak lain adalah orang-orang berotak kecil dan berbacot besar. Para megalomaniak ini dengan bebas menghina dan merendahkan orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka. Para megalomaniak ini merasa mampu membantu memperbaiki nasib orang Islam di Perancis bahkan Palestina dengan mengumbar bacot-bacot besar jauh dari seberang lautan, dan dengan serta merta merendahkan orang Islam lain yang mencoba menyelesaikan persolan dengan cara mengurai masalah untuk mengurai kusut masai yang terlihat di permukaan.
Aceh yang sebenarnya keadaannya sudah jauh lebih baik, tapi oleh orang-orang yang ingin Aceh tampak indah di permukaan dan kebetulan punya kuasa, Aceh dihadiahi sebuah hukum prematur yang sangat mentah yang dilabeli SYARI'AT ISLAM yang kemudian disembah para megalomaniak berilmu tinggi ini layaknya berhala. Berbagai kejadian memilukan terjadi di Aceh akibat keberadaan hukum prematur ini yang menunjukkan bahwa HUKUM ini bermasalah, tapi karena labelnya SYARI'AT ISLAM, para megalomaniak ini resistant terhadap siapapun yang mengkritisi apalagi mengutak-atik berhala mereka.
Masalah ini semakin menjadi-jadi, karena orang-orang Aceh yang masih memiliki akal sehat terlarut dalam langgam permainan para megalomaniak ini yang menuntut orang lain untuk berdiskusi dengan mereka dengan penuh sopan santun dan petita-petiti sementara mereka boleh mencap dan menghakimi orang lain seenak perut dengan berdasarkan fantasi megalomaniak mereka. Tidak sedikit pula orang Aceh yang takut dengan ancaman orang-orang ini, karena memang harus kita akui memang memiliki banyak pendukung Irasional yang merasa dengan menghancurkan bahkan membunuh orang Islam yang berbeda pandangan mereka akan diganjar pahala dan diberi sebuah kapling di Surga Jainatunn'im.
Sikap orang-orang rasional yang seperti inilah yang membuat orang-orang zalim ini semakin meraja lela di Aceh negeri yang kita cintai.
Saya sendiri terus terang sangat mennyayangkan hal ini, sepertinya orang-orang rasional di Aceh lupa, kalau dalam agama kita itu diperintahkan untuk melawan segala kemungkaran dengan kekuatan terbaik yang kita punya, tidak mampu dengan kekuatan lakukanlah dengan ucapan alias OPINI. Kalau tidak mampu baru lawan dalam hati. Entah apa nanti yang akan dijawab oleh orang-orang rasional ini kepada anak cucu mereka ketika pada masa itu nanti Aceh sudah jatuh ke dalam jurang kehancuran yang dalam.
Sikap takut orang-orang rasional inilah yang membuat di Aceh banyak berjatuhan korban yang tidak perlu akibat kebveradaan hukum yang prenmatur ini.
Seorang kakak kelas saya waku kuliah dulu memaparkan fakta tersebut diantaranya : Bulan puasa lalu 4 laki-laki memperkosa 1 perempuan karena di duga khalwat, tidak ada yang berani membela yang perempuan.. .. (Leupung, A Besar).
Seorang anak perempuan umur 9 tahun yang mentalnya terganggu di perkosa sampai rahimnya rusak dan mengalami pendarahan terus dan membutuhkan operasi besar, tidak ada yang berani mengejar pelakunya (Krueng raya, A, Besar).
Ketika seorang perempuan bisu dan gagu diperkosa dan ditinggalkan tanpa pakaian di Blangpadang, juga tidak ada yang berani menyejar pelaku dan mengusut tuntas kasusnya.
Terakhir, di Langsa seorang perempuan menjadi korban yang diakui oleh ketua MPU terjadi akibat tidak matangnya proses perekrutan dan kurangnya pengawasan terhadap ujung tombak pelaksana hukum ini.
Di Aceh pasca kejadian Langsa itu saya melihat begitu semakin kentalnya orang yang MEMBERHALAKAN Qanun Syari'at Islam, mereka memperlakukan Qanun bermasalah itu layaknya kitab suci Al Qur'an yang tak bisa diubah redaksinya sama sekali dan mereka juga memperlakukan perancang Qanun ini layaknya Rasul yang tak bisa salah.
Mereka begitu mengkultuskan Qanun dan Perancangnya, contohnya ucapan konyol si Muslim Ibrahim yang ketua MPU itupun tidak bisa mereka kritisi. Yaitu ketika si Muslim Ibrahim mengatakan "bahwa rektrutmen personel WH harus diperketat "... Harusnya kalau mereka memandang si Muslim itu sebagai manusia biasa yang cuma makhluk yang fana, bukan Allah SWT yang bebas dari sifat salah. Terus terang saya jadi penasaran apa isi Syahadat orang-orang ini.
Kalau mau adil dan terbebas dari mengkultuskan MAKHLUK terlalu berlebihan, kita akan melihat KONYOL-nya ucapan Muslim Ibrahim yang dikutip di tulisan ini.
Kalau kita memandang si Muslim Ibrahim ini hanya selayaknya manusia biasa yang tidak terlepas dari salah dan dosa, kita tentu akan terus mengejar dan mencecar si Muslim itu dengan pertanyaan, "jadi selama ini rekrutmen WH itu nggak ketat alias main-main?", lalu dilanjutkan, karena rekrutmennya nggak serius jadi makan korban...mana tanggung jawab orang yang merekrut?
Atau bisa dilanjutkan dengan pertanyaan...apakah dalam persoalan WH ini pola rekrutmennya yang salah atau memang, SDA yang tersedia memang cuma sebegitu yang kalau sistem rekrutmennya dibuat sebaik apapun, hasilnya ya nggak akan lebih baik dari itu.
Ini yang terjadi sama sekali sebaliknya, orang-orang ini terlalu ewuh pakeweuh dan banyak petita-petiti....dan akibatnya apa, yang terjadi mereka cuma pamer HAFALAN, ayat yang dikutip hadits yang disodorkan sama sekali tidak mampu menyentuh inti persoalan.
Karena masalah ini dipikir bisa selesai dengan PAMER ILMU seperti ini, lihat saja ke depannya, nanti pelaksanaan Syari'at Islam ini akan bermasalah lagi.
Setelah riuh-rendah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh aparat WH ini selesai, ke depannya marilah kita bersiap-siap menerima kabar pelanggaran yang dilakukan oleh WH lagi.
Dan mulai sekarang, para megalomaniak yang suka OMONG BESAR yang merasa diri setara Tuhan itu, silahkan menyiapkan berbagai alasan pembenar untuk pelanggaran yang akan dilakukan WH yang kata si Muslim Ibrahim itu rekrutmennya akan diperketat.
Kalau tidak percaya apa yang saya katakan, silahkan simpan tulisan ini dan sekaligus ini akan saya simpan di Blog saya, untuk nanti saya keluarkan lagi saat WH kembali berulah. Sebagaimana halnya yang saya lakukan ketika dulu orang begitu bersemangat menanggapi terpilihnya OBAMA menjadi Presiden Amerika.
Dan kalau apa yang saya perkirakan ini terjadi, saya harap siapapun manusia BERBACOT BESAR yang menuduh saya anti ISLAM itu mau memprint tulisan ini dan menempelkannya di jidat mereka yang keras seperti batu itu.
Wassalam
Win Wan Nur
Orang ACEH suku GAYO, beragama ISLAM
www.winwannur.blog.com
www.winwannur.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar