Ketika saya menulis tentang Laskar Pelangi di Ubud Writers & Readers
2008. Di sana saya ada menyebut nama Linda Christanti dan menyebutkan
keterkaitannya dengan Andrea Hirata. Semua informasi yang saya tulis
di sana adalah berdasarkan hasil obrolan saya bersama Linda dan
informasi yang saya tuliskan itu berdasarkan penafsiran saya sendiri
berdasarkan keterbatasan informasi yang saya dapatkan selama obrolan itu.
Ternyata dalam obrolan itu, ada beberapa penafsiran saya yang kurang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Linda Christanti yang kebetulan
juga membaca tulisan saya tersebut di sebuah milis mengirim e-mail per
Japri kepada saya untuk mengoreksi kekeliruan penafsiran saya. Di
e-mail itu Linda menjelaskan secara lebih detail situasi yang saya
gambarkan tentang dirinya dalam tulisan saya sebelumnya.
Ketika saya menulis tentang Laskar Pelangi di Ubud Writers & Readers
2008. Di sana saya ada menyebut nama Linda Christanti dan menyebutkan
keterkaitannya dengan Andrea Hirata. Semua informasi yang saya tulis
di sana adalah berdasarkan hasil obrolan saya bersama Linda dan
informasi yang saya tuliskan itu berdasarkan penafsiran saya sendiri
berdasarkan keterbatasan informasi yang saya dapatkan selama obrolan itu.
Ternyata dalam obrolan itu, ada beberapa penafsiran saya yang kurang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Linda Christanti yang kebetulan
juga membaca tulisan saya tersebut di sebuah milis mengirim e-mail per
Japri kepada saya untuk mengoreksi kekeliruan penafsiran saya sekalian
menambahi beberapa informasi yang kurang lengkap dalam tulisan saya.
Di e-mail itu Linda menjelaskan secara lebih detail situasi yang saya
gambarkan tentang dirinya dalam tulisan saya sebelumnya.
Karena saya telah menuliskan sesuatu tentang Linda yang menurut Linda
sendiri ternyata kurang tepat. Untuk itu saya merasa berkewajiban
untuk memposting kembali penjelasan Linda tersebut untuk memperbaiki
kekeliruan saya.
Di bawah ini koreksi Linda atas informasi dalam tulisan saya. Dan
dengan ini pula kekeliruan informasi dalam tulisan saya tersebut saya
perbaiki.
Wassalam
Win Wan Nur
Win, hahahahahaha... tulisanmu bagus dan menarik! Ya, ampuuuuuuun.
Hahaha....
Win, tapi ada sedikit koreksi untuk kronologi tentang bagaimana aku
mengenal Andrea Hirata.
Aku tidak mengenal dia sama sekali sebelumnya, mendengar namanya saja
tidak pernah. Itu memang benar. Saudaranya yang bernama Ian Sancin
dan Yudi (kerja di Indosiar) yang mengenalkan kami lewat sms di tahun
2005.
Ian dan Yudi adalah kakak-beradik. Keduanya ini ingin membantu Andrea
menerbitkan novelnya waktu itu. Yudi ingin aku juga ikut membantu. Aku
sudah di Aceh waktu itu. Setelah novel Laskar Pelangi terbit, Yudi
melakukan promosi ke mana-mana tanpa kenal lelah. Promosi ini dilakukan
Yudi, sebelum Andrea diurus oleh manajemennya (Renjana Organizer) yang
sekarang pada tahun 2006.
Aku mengenal Yudi, sepupu Andrea, tahun 2003 atau 2004 (antara tahun
itu). Kami jumpa di rumah Sobron Aidit (almarhum). Aku diundang Sobron
ke acara ulang tahunnya dan Yudi ada di sana untuk mewawancarai Sobron.
Persahabatanku dengan Yudi terjalin sampai hari ini, juga dengan Ian
Sancin. Mereka teman yang sangat baik dan sekampung denganku di Bangka
sana (bukan Belitung). Bangka dan Belitung kini satu provinsi, yaitu
provinsi Bangka-Belitung. Kampung Andrea di Belitung. Beda pulau.
Sebelumnya, kedua pulau ini berada di bawah provinsi Sumatera Selatan.
Andrea sms aku dan mengenalkan dirinya. Nah, suatu hari dia kirim
e-mail dan minta aku terlibat dalam pembacaan karyanya di Bandung.
Berhubung dia saudara Yudi dan Ian (dua orang yang kukenal), juga
sekampung denganku, aku tentu bersedia membantu.
Waktu itu aku ada acara di Tokyo dan aku bilang, okay deh dari Tokyo
aku akan mampir ke Bandung. Jadi dari Tokyo, aku mampir ke Bandung
untuk membacakan karya Andrea (Pak Sapardi Djoko Damono juga diundang
di acara itu) dan keesokan harinya aku pulang ke Aceh. Nah, itulah
pertama kali aku ketemu dengan Andrea. Seingatku itu bulan November
2006.
Suatu hari dia minta aku menulis komentar untuk novel ketiganya,
Edensor. Tentu saja, aku minta dikirimi draft Edensor. Andrea hanya
mengirim bab I. Aku minta dikirimi seluruh bab. Tak berapa lama dia
telepon dan bilang bahwa dia saja yang akan membuatkan komentar
untukku. Tujuan komentar itu untuk membuat bukunya laris, jadi harus
bersifat menjual. Dia bilang begini, "Komentarmu ini saja ya. Edensor
membuat saya mabuk kepayang." Waktu itu aku menyangka dia bergurau.
Nah, berbulan-bulan kemudian, dia kirim sms, "Mabuk kepayangnya jadi."
Itu tahun 2007. Aku kemudian ke toko buku Gramedia Pondok Indah,
Jakarta. Kebetulan aku lagi di Jakarta. Aku langsung mau pingsan waktu
membaca komentarku yang dia bikin: Andrea Hirata membuat saya mabuk
kepayang. Hahaha.... Gila.
Ya, ampun! Waktu itu aku sebenarnya sudah mau marah, tapi aku ini
serba nggak enak dengan Yudi dan Ian. Kedua orang itulah yang kuhargai.
Kupikir, Andrea juga nggak paham etika penulisan dan dunia intelektual.
Jadi aku pikir kumaklumi saja kali ya. Tapi lama-lama, komentarku
hasil karangannya itu sangat mengganggu dan juga merusak reputasiku.
Ada teman yang bertanya apa sudah serendah itu seleraku dalam membaca
sastra.
Nah, sekitar dua bulan lalu, aku dapat sms Ian yang menanyakan ke aku
bagaimana caranya agar bisa menghapus namanya dari ucapan terima kasih
di novel Andrea. Hah?! Aku bilang, hal itu tentu harus ditanyakan
kepada orang yang menulis ucapan terima kasih itu, yaitu Andrea.
Ternyata mereka punya masalah. Ian dan Yudi tidak menjelaskan
masalahnya dengan rinci. Ian bilang, Yudi ingin namanya dihapus dari
ucapan terima kasih di Laskar Pelangi. Ian juga bilang, ada kekacauan
data di Laskar Pelangi. Ya, sudah, karena mereka berdua bermasalah
dengan Andrea, aku merasa nggak ada lagi yang perlu kutahan-tahan.
Nah, akhirnya aku ketemu lagi dengan Andrea untuk kedua kalinya
kemarin di Ubud. Aku langsung ungkapkan protesku itu.
Itulah kisah lengkapnya, Win.
Win, sampai jumpa ya. Mudah-mudahan kita bisa ngobrol di Aceh. Salam
untuk istri dan anakmu.
Salam dari Aceh,
Linda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
salam kenal ya mas..
aku udah denger juga mengenai masalah ini dari mbak linda..
lucu ya komentar mbak linda di novel anderson,,,
Salam kenal mas.
wah ini sih kayaknya Andrea Hirata yang mabuk kepayang sama Linda :D
Wow.... baru tahu, rupanya AH itu manusia penuh dengan tipu daya juga...
Andai ibu Muslimah tahu, alangkah malunya beliau...
Salam kenal bung Win Wan Nur dan Linda
munkin bu muslimah tau, seperti pak muntasis irsyad kepala sekolahnya, pak rusli juga sebagai gurunya. tapi dalam laskar pelangi hanya bu muslimah yang diangkat dan menjadi populer karenanya. tapi ketika membaca buku "biang lala tiga warna" oleh kak roxana (flo) maka akan berbeda.
pak barhan (lintang) tak pernah merasa heboh karena dirinya ngetop dalam novel. pastinya beberpa yang ku tau secara kebetulan persis seperti dalam bianglala 3 warna.wallahualam
OMG.. ternyata dia pembohong...hehehhe... ngapain dia minta komen orang kalau akhirnya dia bikin sendiri..? payaaah..!
Posting Komentar