Kawah Ijen mungkin bisa jadi adalah satu kawah gunung berapi aktif terindah di dunia. Kontrasnya perpaduan bebatuan vulkanisnya yang tandus dengan warna air kawah berwarna biru Turquise dengan PH 0,2 yang bisa melarutkan kain dan juga jari-jari tangan ini, membuat pemandangan kawah Ijen terlihat seperti pemandangan di planet lain sebagaimana yang digambarkan oleh George Lucas dalam film terkenalnya Star Wars.
Keindahan alam ini semakin terlihat spektakuler ketika kemudian dipadukan dengan pertunjukan ironi sirkus kehidupan para kuli angkut belerang. Mereka adalah para Superman, manusia-manusia perkasa dengan otot-otot keras menonjol yang terbentuk secara alami tanpa fitnes tanpa minum L-Men. Mereka mampu mengangkat belerang seberat 60 sampai 110 Kilo di dalam keranjang bambu. Memanggul belerang dari perut kawah didalam asap yang baunya serasa membuat tenggorokan kita terbakar. Belerang-belerang yang beratnya kadang dua kali berat badan mereka itu mereka panggul di bahu sambil mendaki melalui lereng kawah yang curam sampai ke bibir kawah setinggi 150 meter dari perut kawah. Lalu sesampainya di bibir Kawah, mereka melanjutkan memanggul belerang-belerng tersebut sampai ke Paltuding yang jauhnya 3 kilometer lebih dari bibir kawah. Di sana belerang itu dikumpulkan dan kemudian diangkut oleh Truk Milik PT.Candi Ngrimbi. Perusahaan yang diberi izin oleh pemerintah untuk mengeksploitasi puluhan ton belerang yang diproduksi oleh kawah Ijen. Dan merekapun mendapat bayaran atas pekerjaan mereka yang luar biasa itu.
Bayaran yang mereka dapatkan, tidak pernah berubah sejak kakek mereka melakukan pekerjaan yang sama di masa kolonial Belanda dulu, satu kilogram beras untuk 10 Kilogram belerang yang mereka angkut. Setelah merdeka yang berubah hanya satu, yaitu kebebasan. Kalau saat masih dijajah dulu, kakek mereka oleh Belanda hanya diizinkan memanggul maksimum 50 Kg belerang sekali jalan. Sekarang setelah merdeka, aturan penjajah yang membatasi kebebasan mereka itu dicabut. Sekarang mereka bebas memanggul seberapa banyak belerang yang mereka mau kalau mereka sanggup memanggul sampai 110 Kg, tidak ada yang melarang.
Jadi kalau harga beras sekarang adalah Rp.6000/kg. Mereka mendapat bayaran Rp.600/Kg Belerang yang mereka panggul. Untuk 100Kg Belerang yang mereka panggul mereka bisa mendapatkan Rp.60.000-. Kalau dihitung menjadi penghasilan perbulan, penghasilan mereka terbilang cukup besar untuk ukuran Banyuwangi yang UMR-nya cuma Rp.600.000- per bulan. Tapi mereka tidak bekerja sebulan penuh, tapi hanya 15 hari selama sebulan. Karena selama bekerja 15 hari itu bahu mereka akan terluka cukup parah. Untuk itu mereka perlu memulihkannya selama 15 hari dan setelah sembuh kembali bekerja, begitu terus sepanjang waktu. Ada yang sudah bekerja di tempat ini selama 35 tahun.
Anak-anak mereka nanti kemungkinan besar juga akan mengikuti jejak bapaknya, aku pernah bertemu dengan anak sepuluh tahun yang meulai membantu bapaknya mengangkut belerang di sini. Tidak dengan jumlah sebanyak bapaknya tentunya.
Kombinasi yang luar biasa ini sering menarik perhatian berbagai program acara televisi. Kemarin waktu aku berkunjung, kebetulan acara Petualangan si Gundul dari Trans 7 sedang syuting di sana. Acara ini semacam reality show dimana si gundul yang jadi bintang acaranya ikut menjalani profesi keras yang dijalani orang yang didatanginya.
Sebagaimana palsunya acara semacam itu, biasanya si bintang acara di kamera sok peduli terhadap orang yang dijadikan objek. Tapi di belakang kamera mereka kembali ke status kebintangannya yang menjaga jarak dengan narasumbernya.
Tapi saat syuting ini saya saksikan, si Gundul ini ternyata bukan bitang televisi biasa, dia petualang sejati. Kepeduliannya terhadap para kuli angkut belerang ini tidak berbeda di depan atau di belakang kamera. Ketika di TV terlihat dia mengangkut belerang. Saat itu si Gundul memang mengangkut belerang. Makanan yang dia makanpun selama mengangkut belerang adalah makanan yang sama dengan kuli angkut lainya. Saat turun dari kawah aku menemui si Gundul sedang makan dengan lahap di atas rumput di pinggir jalan setapak dengan lauk tempe, telur dan sambal. Sama seperti para kuli angkut belerang lainnya yang belum makan sejak mulai turun ke kawah pada jam empat pagi. Si Gundul pun sama, saya melihat mereka makan sama lahapnya.
Beberapa tahun yang lalu kawah ini jug pernah menarik perhatian seorang pengasuh acara televisi Perancis bernama Nicolas Hulot. Dia berkunjung ke Ijen dan menayangkan reportasenya itu dalam acaranya yang terkenal 'Ushuwaia Adventure'. Sejak saat itu kawah Ijen menjadi terkenal di Perancis dan negara-negara berbahasa perancis lainnya dan semua biro Perjalanan besar di perancis sana memasukkan kawah ini dalam program wisata ke Indonesia yang mereka tawarkan pada pelanggan mereka.
Begitulah, akhirnya ketika aku memutuskan untuk menekuni bisnis pariwisata dengan fokus wisatawan berbahasa Perancis. Akupun jadi sering berkunjung ke Ijen dan berinteraksi dengan para Superman itu.
Seringkali wisatawan yang berkunjung ke sana bersama saya merasa iba melihat para Superman ini berjuang menembus asap belerang dengan terengah-engah seperti kuda beban yang meskipun kelelahan tetap memaksakan diri berjalan karena dicambuki majikannya. Menurut mereka yang terjadi di Ijen ini adalah L'exploitation hommes par hommes. Penjajahan manusia atas manusia lainnya.
Sebagian wisatawan klienku menanyakan apakah pemerintah Indonesia tidak pernah bertindak atas apa yang terjadi di Ijen ini. Kepada mereka yang bertanya seperti itu, aku biasanya menunjukkan buku panduan wisata kabupaten Banyuwangi yang memuat foto para kuli angkut belerang itu dan menjadikannya sebagai sebuah tontonan wisata andalan kabupaten mereka. Di bawah gambar kuli angkut itu tertulis kata-kata, pertunjukan langsung yang luar biasa, seorang pria yang memanggul belerang seberat 118 kg.
Begitulah meskipun para kuli angkut itu begitu perkasa, meskipun mereka Superman tapi mereka kalah, mereka tidak berdaya melawan kekuatan yang lebih besar yang ada di tangan para pembuat kebijakan yang menentukan merah hitamnya hidup mereka.
Jika wisatawan banyak yang merasa iba melihat mereka, tidak demikian dengan para Superman itu. Mereka justru sangat bahagia dengan hidupnya, mereka selalu tersenyum saat disapa. Menawarkan makanan saat mereka istirahat makan siang dengan lauk tempe, sambal dan telur seadanya. Melihat itu para wisatawan dari eropa itu geleng-geleng kepala, betapa para Superman yang kalah ini justru terlihat jauh lebih bahagia dibandingkan mayoritas orang yang berlalu lalang di Paris dan kota-kota besar eropa lainnya.
Itulah bedanya cara manusia memandang hidup, kebahagiaan buakan datang melalui materi tapi murni ada di dalam hati dan jiwa.
Di Paris dan di kota-kota besar lain di eropa orang terlalu banyak menuntut, terlalu banyak menerima informasi sehingga jadi terlalu banyak keinginan, dan sebagian besar keinginan mereka yang banyak itu tidak tercapai dan merekapun merasa tidak bahagia dengan hidupnya.
Para Superman ini tidak, meskipun dari kacamata orang eropa mereka terlihat begitu menderita. Tapi mereka sendiri cukup puas dengan hidup mereka. Hidup mereka jauh lebih baik dibandingkan tukang becak di Banyuwangi yang hanya mendapatkan 20 ribu sehari. Dibandingkan para tukang becak, buruh tani dan kuli angkut di pasar, peghasilan mereka yang 60.000 sehari sudah luar biasa besar.
Soal bayaran kapan dinaikkan, itu sepenuhnya mereka serahkan kepada atasan. Mereka percaya yang namanya atasan alias Gusti tidak mungkin berbuat curang pada kawula. Jadi sebagai Kawula juga sudah selayaknya tidak menentang gusti. Dengan cara pandang terhadap hidup seperti itu, jiwa mereka tenang dan merekapun bahagia.
Dalam hidup yang selalu mereka jaga adalah kesehatan, yang penting badan sehat dan besok mengangkut belerang lagi.
Wassalam
Win Wan Nur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar