Ketika aku membuka E-Mailku hari ini aku mendapatkan sebuah e-mail dari seorang serinen yang selama ini banyak dikenal orang sangat berbeda pandangan denganku dalam melihat masalah politik di Gayo.
Mungkin banyak yang menyangka, karena perbedaan pandangan itu membuat secara pribadipun kami saling membenci.
Tapi itu sama sekali tidak benar, seperti yang tercatat di sepanjang sejarah dalam tradisi kita di Gayo. Jangankan politik bahkan perbedaan pandangan agamapun bisa kita sikapi dengan elegan. Para pendahulu kita telah membuktikan.
Begitu juga dengan perbedaan pandanganku dengan serinen ini. Perbedaan-pandangan itu tidaklah mebuat aku merasa benci kepada pribadi serinen Kosasih. Dan serinen inipun sebaliknya juga kurasakan sama sekali tidak pernah membenciku.
Mengomentari tulisanku tentang kebahagiaan. Dengan elegan serinenku ini mengirimkan sebuah e-mail pribadi sambil mengatakan tabi. Mengingatkanku untuk tidak terlalu larut dengan kebahagiaan yang aku dapatkan.
Aku merasa sangat terhormat mendapat perhatian dari serinenku ini, dan karena itulah akupun membagikan di milis ini apa yang kutuliskan padanya via JAPRI.
Dalam JAPRI-nya serinen Kosasih mengingatkanku bahwa 'perjalanan keluarga itu masih panjang, akan banyak onak-onaknya'
Inilah balasanku atas perhatian yang ditunjukkan serinenku itu :
Nggak ada masalah itu Serinen...Soal dalam negeri keluargaku itu memang sengaja kuhambur dan kubagi. Aku melakukan itu karena aku orang yang percaya yang namanya kebahagiaan itu adalah antitesis dari uang dan materi yang semakin banyak dibagi, semakin banyak tangan yang mendapatkannya. Semakin cepat habisnya.
Kebahagiaan sebaliknya, makin banyak dibagi dan semakin banyak orang merasakannya...semakin lama terasanya.
Soal perjalanan masih panjang dan banyak onak duri, itu tidak ada orang yang tau Serinen...Tidak ada satu makhluk ciptaan Tuhanpun yang pernah tau sepanjang apa masa depan itu. Yang kita tahu cuma masa kini dan masa lalu (itupun tidak semua). Aku dan keluargaku bukan tipe orang yang terlalu khawatir dengan masa depan dan terlalu memikirkan masa lalu. Yang kami lakukan cuma mensyukuri apa yang kami dapatkan hari ini dan detik ini dan mengambil hikmah dari masa lalu. Masa depan seperti apa nantinya?...Tidak ada yang tahu.
Di masa depan, bisa jadi bisnisku tiba-tiba hancur, bisa jadi aku tiba-tiba harus masuk rumah sakit dan hampir mati seperti tahun 2006 dulu. Bisa jadi nanti di masa depan aku malah tertarik pada perempuan lain yang lebih bohay dibandingkan istriku. Atau sebaliknya bisa jadi nanti istriku yang malah tertarik pada laki-laki lain yang lebih menarik dari aku. Bisa jadi entah terjadi kejadian buruk apa yang menimpa anakku, nggak pernah ada satu orangpun yang tau seperti apa rupanya masa depan itu serinen.
Karena hantu yang bernama masa depan itu sama sekali tidak jelas rupanya seperti apa. Aku dan keluargaku tidak pernah terlalu khawatir dengan yang namanya masa depan yang sama sekali tidak jelas wujudnya itu. Dan itu juga kuajarkan pada anakku.
Yang selalu kukatakan pada anakku. Bersyukurlah dengan apa yang ada sekarang, berbuatlah yang terbaik yang bisa dilakukan sekarang dan belajarlah dari masa lalu. Soal masa depan?...Tak usah dipikirkan, terlalu banyak faktor X di sana yang membuatnya susah diperkirakan.
Begitu kiranya serinen Kosasih.
Wassalam
Win Wan Nur
Minggu, 18 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar