Jumat, 16 Januari 2009

Logat Melayu Malaysia/Singapura Yang Tak Punya Estetika

Dalam menanggapi tulisan saya " My Hero Cinta Laura", seorang miliser menyatakan keheranannya atas banyaknya orang Indonesia yang tidak menyukai "Singlish" alias Bahasa Inggris Logat Melayu. Si miliser ini bertanya apakah ketidak sukaan itu karena dalam “Singlish” ada logat melayunya?, “bagaimana dengan bahasa Inggris Logat Amerika atau Bahasa Inggris Logat Australia?”, tanyanya.

Dengan pertanyaannya itu saya menangkap ada kesan kalau si miliser yang melayu ini seolah-olah menuduh orang seperti saya yang juga melayu ini dan juga orang-orang Indonesia lainnya merasa rendah dengan budaya sendiri ketika disandingkan dengan budaya eropa.

Padahal masalahnya bukan itu.

Bahasa Inggris sering terdengar eksotis atau minimal unik ketika diucapkan bukan dengan logat aslinya. Misalnya ketika diucapkan dengan logat Perancis.

Bagi yang kurang paham maksud saya tontonlah film "Before Sunrise", Film yang disutradarai Richard Linklater, dibintangi oleh Ethan Hawke dan aktris Perancis Julie Delpy. Perhatikan dialog-dialog mereka di film itu, terutama pada adegan ketika 'Celine', karakter yang diperankan oleh Julie Delpy pura-pura menelpon temannya.

Dalam dialog itu Bahasa Inggris yang diucapkan oleh lidah Perancis Julie begitu seksinya sampai lelaki normal manapun akan bangkit kelakian-lakiannya saat Julie Delpy mengatakan "Dring..dring". Begitu juga jika bahasa Inggris diucapkan dengan logat Italia yang mengalun-alun.

Sebaliknya kalau bahasa Perancis diucapkan dengan lidah Anglo Saxon (Inggris, Amerika dan Australia). Bahasa yang indah itu jadi terdengar jelek sekali. Perhatikan orang Amerika yang mengatakan terima kasih dalam bahasa perancis. "Mersyi Byukyu" kata mereka. Sama sekali tidak indah.

Bahasa Inggris juga bisa terdengar menarik ketika diucapkan dengan logat non eropa, misalnya bahasa Inggris logat Jamaika yang diucapkan dengan lidah afrika. Bahkan bahasa Inggris juga bisa terdengar unik ketika diucapkan dengan logat Asia. Contohnya bahasa Inggris logat India.

Untuk lebih mengerti maksud saya tontonlah acara ‘Coffee with Karan’. Sebuah acara bincang-bincang yang menghadirkan bintang-bintang Bollywood dengan dipandu oleh Karan sutradara film India legendaris ‘Kuch Kuch Hota Hai’.

Dalam acara itu, baik Karan maupun tamu-tamunya semua berbahasa Inggris dengan logat India, tidak asli Inggris tapi terdengar unik dan nyaman buat didengar. Sama sekali tidak mengganggu seperti 'Singlish'.

Jadi yang harus diketahui oleh miliser ini adalah; masalah kenapa banyak orang Indonesia yang tidak menyukai Singlish. Itu adalah semata karena masalah estetika.

Harus diakui meskipun secara ekonomi jauh dibawah Malaysia/Singapura. Tapi dalam hal memahami estetika orang Indonesia jauh lebih maju dibandingkan orang Malaysia dan Singapura yang sama-sama berakar Melayu.

Bukti dari lebih majunya orang Indonesia dalam hal memahami estetika ini bisa kita saksikan beberapa waktu yang lalu. Ketika Malaysia dengan muka tembok tanpa sedikitpun rasa malu mengakui berbagai hasil karya budaya negeri ini sebagai milik mereka.

Jadi menurut saya pertanyaan aneh seperti yang diungkapkan si miliser ini bisa muncul adalah semata karena si penanya ini sudah putus salah satu bagian sarafnya yang bertanggung jawab dalam menilai estetika.

Masalah kenapa saya dan banyak orang Indonesia tidak menyukai ‘Singlish’ (saya malah membenci) adalah karena satu alasan saja. Logat Malaysia dan Singapura itu adalah salah satu kalau tidak bisa disebut sebagai Logat terjelek di Dunia. Logat Melayu Malaysia/Singapura itu seperti logat Jerman yang sama sekali tidak enak didengar saat dipakai untuk mengucapkan bahasa apapun, termasuk bahasa Jerman sendiri.

Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa paling Indah di dunia. Tapi Bahasa Melayu yang indah inipun bisa terdengar jelek jika diucapkan dalam logat beberapa daerah. Misalnya ketika bahasa Melayu diucapkan dengan logat Jawa, Madura dan tentu saja logat Batak yang 'best of the best' atau lebih tepat ‘worst of the worst’ alias sejelek-jeleknya logat di Indonesia.

Tapi sejelek-jeleknya mendengarkan orang berbicara bahasa Melayu dengan logat lokal itu. Logat-logat yang buruk itu masih jauh lebih enak terdengar di telinga dibanding mendengarkan orang yang berbicara bahasa Melayu dengan logat Malaysia/Singapura, yang bahkah terasa lebih mengganggu di telinga dibanding mendengar ringkikan kuda.

Logat Melayu yang paling indah menurut saya adalah Logat Melayu Deli yang dipakai sehari-hari oleh orang Medan dan sekitarnya. Cewek Medan yang bicara dengan logat Melayu Deli, di telinga saya sama seksinya dengan Bahasa Inggris yang diucapkan oleh lidah Perancis Julie Delpy dalam "Before Sunrise", sama-sama bisa langsung membangkitkan syaraf kelaki-lakian saya.

Keindahan logat Melayu Deli ini tidak banyak diketahui orang, karena orang di luar Medan tidak banyak yang tahu keindahan Logat asli Medan ini. Medan yang sekarang menjadi ibukota Sumatera Utara ini. Dalam wilayah provinsinya jauh lebih banyak Batak daripada Melayunya. Sementara Batak adalah suku yang terkenal dengan tembak langsungnya. Mentalitas mereka seperti supir angkot, melibas apa saja yang ada di hadapannya.

Apa yang terjadi ketika Batak dan Melayu yang berbeda karakter disatukan dalam satu administrasi sebuah Provinsi?. Hasilnya adalah seperti yang terjadi di Sumatera Utara. Orang Melayu yang seperti juga bahasanya yang mengalun berkelok dan berputar-putar untuk sampai ke satu masalah. Habis dilindas oleh Batak seperti buldozer yang melindas jejeran botol limun.

Dominasi orang Batak di Medan bukan hanya dalam sisi ekonomi dan kekuasaan. Dalam hal bahasa juga, logat Melayu Deli yang indah 'dipermak' habis-habisan oleh orang-orang Batak yang sekarang mendominasi Kota Asli Melayu itu. Sehingga Logat Melayu Deli yang Indah itupun hancur lebur remuk redam ketika diucapkan dengan lidah ‘Balige’ atau ‘Simalungun’.

Begitu dominannya Batak di Medan sampai-sampai orang tidak tahu lagi kalau Medan itu adalah kota melayu terbesar di Sumatera. Sehingga kalau sekarang kita berada di luar Medan dan mengatakan berasal dari Medan. Orang akan menanyakan “bisa bahasa Batak?”, atau langsung dengan semena-mena memanggil kita dengan panggilan ‘Ucok’.

Sialnya lagi akibat dari dominannya Batak di Medan ini. Sekarang logat Medan yang dikenal oleh orang di luar Medan adalah logat Melayu Deli hancur lebur remuk redam yang diucapkan oleh lidah ‘Balige’ atau ‘Simalungun’ tadi. Sehingga logat Melayu Deli bukannya dikagumi keindahannya, tapi sebaliknya malah dijadikan bahan olok-olok dan tertawaan di televisi atau film-film Indonesia semacam Naga Bonar dan sejenisnya.

Kembali ke logat Melayu Malaysia/Singapura. Saya akui, mendengar orang Jawa, Madura dan terutama Orang Batak berbahasa melayu memang terasa mengganggu. Tapi setidaknya logat mereka tidak sampai membuat sakit kuping seperti ketika bahasa itu digunakan oleh orang Malaysia atau Singapura.

Nah ketika digunakan saat berbicara dalam bahasa Inggris juga sama, yang salah sebenarnya bukan bahasa Inggris atau logat Melayunya. Tapi ‘Singlish’ menjadi tidak enak didengar adalah semata karena logat Malaysia/Singapura itu memang sama sekali tidak memiliki estetika.

Meskipun mungkin akan banyak orang Malaysia/Singapura yang tidak setuju dan sakit hati membaca tulisan saya ini. Tapi sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, di bagian nurani mereka yang paling jujur yang bebas dari kesombongan akibat kemajuan ekonomi negaranya beberapa dekade belakangan ini. Orang Malaysia/Singapura, seperti juga orang Jawa dan Sunda sebenarnya sangat menyadari kalau logat mereka memang sama sekali tidak ada bagus-bagusnya.

Karena kesadaran dari lubuk hati terdalam inilah, orang Melayu Malaysia/Singapura akan membuang ke tong sampah logat asli mereka ketika bahasa Melayu mereka gunakan dalam mengekspresikan keindahan suatu seni. Seperti bernyanyi misalnya.

Seperti Duta, Shelia On 7 yang hilang logat Jawanya ketika menyanyikan lagu Sephia, coba perhatikan pula ketika sedang menyanyi penuh perasaan, Amy Search, Sheila Madjid atau Siti Nurhaliza sampai Hadi Mirza yang Singaporean Idol itu...Apakah mereka menggunakan logat asli mereka?...Logat Melayu Malaysia/Singapura yang terdengar lebih buruk dari suara ringkikan kuda?

Tidak!...ketika bernyanyi, dengan penuh rasa sadar mereka semua meninggalkan logat asli mereka yang kampungan dan luar biasa norak itu. Mereka memilih menggunakan logat Melayu Indonesia yang modern dan penuh estetika.

Untuk lebih bisa merasakan betapa hancurnya logat Melayu Malaysia/Singapura dan betapa indahnya logat Melayu kita...coba nyanyikan potongan bait "Isabella", lagu legendaris kelompok ‘Search’ yang saya tuliskan di bawah ini dengan logat aslinya.

Isabelè adèlah...kisah cintè duè duniè
Mengapè kitè berjumpè...namon akhirnyè terpisah.
.....

Smogè dibukè kan pintu hatimu untok ku
agar terbentang jalan...andaikan engkau setiè...
Oh..Isabelè....
.....

Diè...Isabelè...kisah cintè...yang tlah larè
Terpisah...keranè adat yang berbezè...
Cintè Gugor bersamè...
daon-daon kekeringan....

Bayangkan... Amy sang vokalis ‘Search ‘ itu bernyanyi dengan logat aslinya yang seperti itu, dengan huruf ‘R’ cadel yang terdengar indah jika diucapkan orang Perancis tapi terdengar seperti ngeongan kucing yang tersedak duri ikan asin jika diucapkan oleh orang Malaysia/Singapura.

Kalaulah dulu ‘Search’ memutuskan memakai logat asli mereka itu saat menyanyikan Isabella. Saya jamin orang Batak yang logat melayunya paling hancur di Indonesia inipun akan muntah mendengarnya.

Wassalam

Win Wan Nur
www.winwannur.blogspot.com

20 komentar:

Anonim mengatakan...

pantaslah blog ini gak ada yg komentar

Isinya berat sebelah. maunya membanggakan budaya Melayu, tapi menganggap rendah budaya & adat orang lain.

Kalau anda pernah pengalaman pahit dengan orang Batak, hadapi dengan jantan. Jangan dengan cara menjelek-jelekan orang Batak. Anda terlihat bodoh jika mengeneralisir suatu suku Bangsa hanya dari satu kota bahkan hanya dari perangai sopir angkot.

Kami banyak di Medan karena itu memang adalah tanah leluhur kami. Kalau logat Batak yang mendominasi ya wajar. Karena kami bukan pendatang.

Dan harusnya Anda bersyukur dapat hidup damai berdampingan dengan orang Batak, karena Batak tulus, dan berterus terang. Tidak suka pakai topeng, di depan halus dibelakang menikam.

Tidak ada sejarahnya orang Batak yag kasar, rendah, bodoh dan norak ini berencana menguasai tanah Batak untuk kepentingan perut sendiri.

Salam!

fitx mengatakan...

wah setuju dengan jephman, isinya terdengan sangat fasis dengan membangga-banggakan diri seakan-akan dialah orang yang paling baik.

o iya jadi ingat dalam artikel PKS si Partai Kaum Fasis yang Sedang Membangun Kekuatannya, win habis-habisan memaki-maki PKS sebagai partai fasis, he...he... nyatanya padahal dia sendiri yang fasis.

ah dasar fasis longor....

Time mengatakan...

Ha ha ha... saya hanya bisa tersenyum membaca tulisan Anda.
Saya orang Jawa dan tidak keberatan kalau Anda anggap logat Jawa-Melayu kami jelek. Memang jeleklah...saya saja kadang jengkel kalau di tivi lihat orang ngomong bahasa Indonesia medok Jawanya.

Saya juga suk mendengar orang Melayu Indonesia ngomong. Memang seksi...

Untuk Melayu Malaysia... no comment lah.

Anonim mengatakan...

saya melayu Malaysia tapi saya ingin betulkan sedikit komen tentang bahasa Melayu yang digunakan dalam nyanyian. Sebenarnya kami memang menggunakan Bahasa Melayu standard dalam nyanyian sejak dahulu lagi, bukan kerana dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia. Kamu boleh rujuk kepada lagu-lagu Melayu kami sejak dari dulu lagi. Begitu juga dalam acara formal, bahasa yang dipakai adalah yang standard dengan sebutan sepertimana Bahasa Indonesia. Tapi bagi percakapan harian, ianya berbeza dengan sebutan formal.

harap maklum.

Unknown mengatakan...

Saya orang sunda, dan menurut saya anda sangat fasis, rasis, logat sunda jelek? Saya saja tidak pernah bahkan belum pernah mendengar sekalipun logat melayu deli itu seperti apa.!

Unknown mengatakan...

Ada benarnya juga tulisan anda ini, memang bahasa melayu Indonesia lebih indah daripada bahasa melayu versi lain

Unknown mengatakan...

Ada benarnya juga tulisan anda ini, memang bahasa melayu Indonesia lebih indah daripada bahasa melayu versi lain

Unknown mengatakan...

Saya tidak setuju dengan saudara. Karena kalo kita perhatikan jika orang malaysia berbahasa Indonesia maka logatnya akan sama dengan orang aceh, padang, jambi, palembang saat berbahasa indonesia. Mungkin dulu sriwijaya , melaka memang berlogat seperti itu. Menurut saya logat itu lebih indah di banding logat jawa berbahasa indonesia

ANANDAFL mengatakan...

Ngaco tulisan mu. Nggak tau tentang bahasa malaysia tapi sok tau. Bahasa malaysia itu ada baku dan non bakunya,sama kaya kita di indonesia ada baku dan non bakunya. Kalau bahasa malaysia yg non bakunya kalau kita lihat oranh malaysia ngomong dalam keadaan nggak resmi, kaya percakapan sehari2, cenderung bunyi akhiran "a" diubah ke "e" dan huruf "r" di cadelin jadi "gh", kalau bakunya lihat kalau lagu2 mereka atau dengar aja pejabat negara mereka kalau ngomong, sama persis kaya kita, akhiran "a" ya tetap dibaca "a", pun baik tulisan, mereka tetap nggak merubah bunyi akhiran "a", kalau mereka mau buat Nama Saya Adalah ya Nama Saya Adalah, bukan Name Saye Adelah..

Ottoman Empire mengatakan...

Logat Malaysia gak ancur2 amat koq. Apalagi kalo upin&ipin cs yang ngomong mati ketawa kita.
Logat Melayu cewek Medan seksi? Setubuh! eh setuju.
Orang Batak ngancurin logat Medan? nggk juga. Koq di Medan, semua suku yang udah dari lahir di Medan mau Batak, Melayu, Aceh, Minang, Jawa, Tamil, Chinese dll udah seragam semua logatnya dan susah ditebak dia suku apa kalo gak kentara dari warna kulit, sipit mata dan bentuk tengkorak wajah.
Kalo yang kita sering tengok di tivi logat Batak identik dengan Medan gak sepenuhnya betul, kalo Siantar iya. Kalo gak percaya maen2lah ke Medan, banyak mana yang pake logat Batak apa Melayu Medan.
Hahaha,,ini cuman komentar selow.

topek mengatakan...

Ah rasis nih orang, saya orang jawa tp suka logat sunda dan daerah2 lain. Saya pun suka dgn bhs malaysia yg non inggris, terdengar lbh klasik di tlinga saya. Tolong mas klo nulis blog jgn bawa bawa SARA. Manusia itu cenderung membela kelompoknya, klo mas orang indonesia ya tentu membela indonesia, klo masnya orang malaysia yg tentu mmbela malaysia. Please secara tidak sadar atau malah sadar 100% ada benih rasis di hati anda. Fayah lo vroh

Unknown mengatakan...

untuk orang malaysia, sedikit pembetulan dari saya, film melayu lama memang memakai bahasa melayu standar seperti bahasa Indonesia sekarang ini. lagu-lagunya pun terdengar seperti logat Indonesia. jangan lupa, lagu-lagu malaysia banyak juga ditulis oleh orang Indonesia seperti S Sudarmadji, pastinya beliau memakai bahasa indonesia sebagai dasarnya

Unknown mengatakan...

setuju bgt sama yg nulis di blog
paling enak emang logat melayu indonesia karna di sekolah kan sudah di ajarkan bahasa indonesia EYD = ejaan yang di sempurnakan jadi yg kedengarannya gak enak tuh sudah di buang atau sudah di sempurnakan.
klo ada yg bilang fasis ini bkn soal fasis atau apa tapi ini emang kenyataan.

tapi klo saya sendiri seneng denger logat sunda halus apa lagi kalo lagi di panggil AA sama kembang desa itu rasanya hati langsung adem aja.. haaaa

Unknown mengatakan...

hai bang maaf jngn salah faham
ini yg nulis blog udh jujur sejujurnya gak pake topeng lagi
bkn soal merendahkan dan membanggakan
tapi soal kenyataan
klo orang batak ngomong melayu emang gak enak
tapi klo orang batak lagi nyanyi lagu batak itu enak di dengar bang
semua jg ada plus minus.y bang
plus.y kita boleh berbangga diri
minus.y boleh lah kita sadar diri tapi bkn berarti kita merendahkan diri. faham kan bang

Gabrien93 mengatakan...

Saya dari Sarawak, Borneo (Malaysia). Saya tidak bersetuju dengan komen anda yang menganggap Bahasa Malaysia itu pengucapannya seakan tiada identiti. Untuk pengetahuan anda, bahasa Malaysia yang standard (bahasa Melayu baku) adalah dalam bentuk baku bermaksud kata diucapkan sebagaimana ejaanya. Dalam konteks nyanyian pula, lagu Melayu di Malaysia dinyanyikan menggunakan bahasa Melayu baku untuk membuatkan pengucapannya selari dengan huruf vokal A, E, I, O & U bukan bahasa Indonesia seperi yang anda katakan. Ya memang, di Malaysia bahasa Melayu baku tidak mendominasi dialek bahasa Malaysia kecuali di negeri saya iaitu di Sarawak dan negeri jiran iaitu Sabah. Malah, pengalaman saya dan rakan-rakan dari Sabah dan Sarawak yang berkunjung ke Semenanjung Malaysia seringkali disalah anggap sebagai orang Indonesia kerana pengucapan bahasa Melayu kami yang baku jauh berbeza dengan pengucapan bahasa Melayu KL (bahasa Melayu Johor-Riau). Bahasa Malaysia yang anda dengar dan tonton di tv, radio Malaysia dan siri kartun Upin Ipin itu ialah dialek bahasa Melayu Semenanjung Malaysia tepatnya Kuala Lumpur, Selangor & Johor. Disebabkan majoriti penduduk Malaysia berada di Semenanjung Malaysia dengan dialek Melayu KL/Johor yang kental, bahasa Melayu dialek kuala Lumpur dijadikan medium utama pengucapan Bahasa Malaysia sementara bahasa Melayu Baku hanya digunakan di Borneo Malaysia (Sabah dan Sarawak). Kenapa anda benci bahasa English dengan pengucapan Melayu Malaysia dialek KL & Singapura? Saya pernah pergi ke Pekanbaru (Riau) dan Medan (Sumatera Utara), bahasa Melayu di Pekanbaru sangat mirip bahasa Melayu di kuala Lumpur, Selangor dan Johor dengan akhiran saya menjadi saye, kita menjadi kite, sana menjadi sane, bahasa Melayu di Pekanbaru kedengaran bahawa saya masih lagi berada di Semenanjung Malaysia padahal saya sudah berada di Propinsi Riau (Indonesia). Pengucapan bahasa Melayu di Riau mirip dengan bahasa Melayu Semenanjung/KL tetapi sangat berbeza dengan pengucapan bahasa Melayu di tempat saya Sarawak dan Sabah. Tidakkah pengakuan anda yang seakan mempersendakan dialek bahasa Melayu Semenanjung Malaysia (KL, Johor)
menguris perasaan rakan-rakan senegara anda di Propinsi Riau, KepRi dan Kalimantan Barat yang pengucapan bahasa Melayu mereka mirip dengan bahasa Melayu Malaysia (dialek KL/Johor)? Konklusinya, tidak semua kami di Malaysia terutama di Sabah dan Sarawak berbicara seperti yang anda tonton di Upin Ipin dan tv serta radio Malaysia dan kami menggunakan bahasa Melayu baku ketimbang dialek Melayu KL. Penggunakan dialek bahasa Melayu Johor/KL yang meluas di sosmed dan media massa di Malaysia ialah kerana majoriti penduduk Malaysia tinggal di Semenanjung Malaysia yang berbahasa dialek KL/Johor, sama juga dengan bahasa Indonesia di acara tv, sosmed dan sinetron yang seringkali menggunakan dialek Jakarta kerana majoriti penduduk Indonesia tinggal di Jakarta, pulau Jawa. Andaikata majoriti penduduk Indonesia tinggal di propinsi Riau maka bahasa Melayu dialek Riau yang sama dengan bahasa Melayu KL/Johor (Malaysia) itulah yang akan menjadi pengucapan utama Bahasa Indonesia, sama juga analoginya andaikata penduduk Malaysia majoriti tinggal di Borneo Malaysia (Sabah dan Sarawak) maka bahasa Melayu baku itulah yang akan menjadi slang utama pengucapan bahasa Malaysia.

cik puteh mengatakan...

Rubbish article..but why em here?

Gabrien93 mengatakan...

Kan? Memang artikel sampah. Saya pun mula-mula cari artikel/blog tentang bahasa Melayu, tiba-tiba tersesat di blog ini. Apa maksud mereka bahasa logat/dialek Melayu/Malaysia tiada nilai estetika? Kenapalah Belanda tak pilih saja Tanjung Pinang, Batam (Kepulauan Riau) dan PekanBaru (Riau) sebagai pusat pemerintahan SHTB dulu 'instead of' Jakarta, biar dialek utama bahasa Melayu Johor-Riau yang mereka benci ini sebagai asas pengucapan utama Bahasa Indonesia yang mereka agungkan itu. Kesian rakan-rakan senegara mereka yang berbahasa Melayu Riau-Johor terutama di Sumatera dan Kepulauan Riau, pasti tersentuh hati membaca artikel ini. Apa taknya, bahasa Melayu Riau/Sumatera/Kepulauan Riau tu lebih dekat bunyinya dengan bahasa Malaysia berbanding dengan bahasa Indonesia yang kental dengan bunyi bahasa Jakarta.

Unknown mengatakan...

Heureuy sia mah meureun ngomong logat sunda teu ngeunah didenge.
Dolan mu kurang adoh broh!

Gusti Marshall Rano mengatakan...

ini tulisan opini. jadi yg komen juga bisa beropini menanggapi opini penulis. tapi jangan emosi. karena setiap opini itu bukan benar/salah. opini itu bebas. karena manusia memiliki 1 kepala yang berisi otak yg jelas berbeda. 😂

Alf.w mengatakan...

Masing-masing orang memiliki Pendapat , berbeda - beda.

, setiap logat atau pun bahasa Memiliki daya tarik Tersendiri ،

jadi Intinya jangan Merendahkan Logat / bahasa apapun.